Minggu, 15 September 2019

POSTMODERNISM: THE ENLIGHTENMENT PROJECT

Oleh
Dr. Usman Supendi

Pendahuluan
            Menu utama dalam tiga artikel yang berisi cultur studies  yang dibaca penulis adalah rasionalitas proyek pencerahan (the Enlightenment Project), arahnya jelas mengisahkan manusia-manusia yang berada dalam arus perputaran postmodernisme.  Artikel “If Women Actors Were Working  (Deborah Dean dan Campbell Jones); bergeraknya wanita  modern ke dalam industri hiburan, yaitu televisi, film, dan komersialitas hiburan lainnya. Wanita sebagai pekerja seni, dalam hal ini seni peran di layar kaca dan layar lebar, memberikan kontribusi penting dalam industri hiburan. Wanita membangun paradigma kultur feminis, analogi etos kerja, dan membangun kesatuan sistem sosial. Pada studi media budaya, betapa pentingnya perang wanita sebagai aktor televisi dan film. Wanita memiliki peran penting dalam ruang publik sebagai aktor, sebagai pekerja di dunia perfilman  dan pertelevisian.
Dalam “The Clustering of Creative Networks: Between Myth and Real” (Bas van Heur); bahwa kreatif adalah hasil karya manusia, sebab manusia makhluk yang berkreatifitas, manusia akan membuat kearifan berbudaya. Manusia pun sebagai makhluk berbudaya akan menciptakan jaringan produktivitas yang kompleks, dan akan lahir kelompok-kelompok seni dengan kata lain akan lahir sebuah produk yang kompleks. Dalam estetika kontemporer itu bukan hal yang asing, karena kecenderungan budaya perkotaan mengidealkan nilai kreativitas yang muncul dari kelompok-kelompok kreatif yang membangun jaringan dan ruang untuk publik. Walaupun nanti terjadi pengelompokan jaringan kreatif, itu muncul secara mitos akibat dari akumulasi modal, budaya, inovasi dan keadaan sosial yang menjadi sudut pandang kritik sosialnya. Tatapi berdasarkan fakta, pergerakan jaringan kreatif telah membentuk tebaran estetika kontemporer pada ruang public kebudayaan.
Artikel “Between Solids/Monologues in Brown: A Mystory Performance.” (Devika Chawla). Ternyata ruang multikultural tidak serta merta seseorang langsung baur, menjadi lebur pada kompleksitas kultur baru. Seperti dalam artikel ini, eksistensi kultur tertentu mencuat dalam kekompleksitasan kultur postmodernism. Digambarkan seorang gadis India, hidup dalam homogenitas budaya, hidup dalam multikultur Amerika yang segala tatanannya sangat postmodernism, tetapi genetika budaya India begitu kuat dalam tubuhnya. Ia masih memikirkan alur hidup,  gender yang masih diukur dari kecantikan, warna kulit, latar sosial. Bahkan  bagian terkecil pun yaitu warna kulit, menjadi bagian dikotomi budaya dan sosial. Dirasakan atau tidak oleh wanita, pengaruh warna kulit akan berimbas pada sikap feministis. Cara berbusana, merias wajah, bahkan memilih pendamping hidup. Dalam pergaulan pun, warna kuliat akan menjadi identitas genetik budaya.
Bertolak  ketiga artikel di atas yang berisikan tentang cultural studies, terdapat kajian  kritis postmodern. Sebab penelitian kritis postmoder ditandai adanya krisis representasi  yang menolak gagasan bahwa kerja peneliti dianggap sebagai gambaran “tujuan yang lain stabil”. Penelitian mereka bersinggungan dengan postmodern, walau wilayah kerjanya ada di ruang etnografi kritis.  Etnografi kritis adalah jenis refleksi yang mempelajari budaya, pengetahuan, dan tindakan .Ahli etnografi  kritis mendeskripsikan, menganalisis, dan membuka untuk mengawasi agenda dibuat tersembunyi.
Teori kritis postmodernis menjelaskan keprihatinan itu sendiri dengan bentuk-bentuk wewenang dan ketidakadilan yang menyertai evolusi kapitalisme industri dan perusahaan sebagai sistem politik-ekonomi. Politik postmodern adalah teori kritis masalah sosial dengan menempatkan mereka dalam konteks sejarah dan budaya, untuk melibatkan diri dalam proses pengumpulan dan analisis data, dan untuk merelatifkan temuan mereka (Sutrisno, 2006:88). Makna itu sendiri dipandang tidak stabil karena perubahan yang cepat dalam struktur sosial dan sebagai akibat fokus penelitian adalah berpusat pada manifestasi lokal daripada generalisasi yang luas.

Postmodernisme dalam Bingkai Cultural Studies
1) Postmodernisme
Kebudayaan postmodern lahir sebagai penyimpangan atas budaya modern, bisa dilihat dari artikel The Clustering of Creative Networks: Between Myth and Real” (Bas van Heur). Ia mendapatkan legitimasi dari kegagalan era modern dalam menuntaskan proyek pencerahan. Proyek modernisme yang dihidupi oleh semangat pencerahan ini dengan keyakinan akan prinsip kemajuan  sejarah yang linear, kebenaran ilmiah yang mutlak, keampuhan rekayasa bagi suatu masyarakat yang diidealkan, serta pembakuan tata pengetahuan dan sistem produksi yang keras dan jaringan kreatif yang parsial  saat ini, itu merupakan  ujian besar dalam legimitasi dan pencarahan di dalam bidang paradoks seni postmodernise. Bisa jadi dengan munculnya pengelompokan jaringan seni, di mana manusia sebagai pelakunya menganggap eksistensi kreatif itu ada karena lingkaran mitos dan realitas, dianggap menyebarnya berbagai kelanjutan modernitas.
Dalam dunia postmodern manusia tidak lagi percaya bahwa pengetahuan itu mutlak. Maka untuk mengganti mitos abad pencerahan yang mengagungkan rasio, maka postmodern mengganti positifisme menjadi fesimime. Bisa dicermati dalam artikel  If Women Actors Were Working  (Deborah Dean dan Campbell Jones). Iming-iming bahwa hidup manusia semakin hari akan semakin baik, berangsur-angsur lenyap. Munculnya sebuah “kesadaran postmodern” akan manusia yang individualistis, tidak akan pernah sampai pada pencapaian tersebut, justru sebaliknya; manusia harus bekerja sama dengan yang lain. Sehingga dengan demikian lahirlah, komunitas sebagai dasar kebenaran. Kebenaran bukan lagi yang absolut, universal, melainkan kebenaran menurut kelompok, atau komunitas tertentu. Dengan demikian, kebenaran bukan lagi satu melainkan tergantung pada apa yang bisa dipahami oleh setiap manusia.
Manusia postmodern adalah manusia yang tak lagi percaya pada keobjektifan kebenaran rasio, melainkan kebenaran yang relikatif dan personal. Rasio bukan lagi segalanya. Hal ini dibuktikan dalam  artikel “Between Solids/Monologues in Brown: A Mystory Performance.” (Devika Chawla). Rasio bukan segala-galanya dari kesimpulan, sebab sebuah pengalaman bahwasannya ada saat dimana manusia tidak menemukan apa yang inginkannya dalam ratio.

2) Cultural Studies
Kecenderungan baru dalam pemikiran—terutama di Barat—cultural studies belum dapat dikatakan sebagai sebuah disiplin keilmuan yang telah mapan, melainkan sebuah ide yang tengah berkembang (ideas in progress), sebuah kecenderungan pemikiran yang masih dan terus mencari bentuknya. Pada awal perkembangannya, cultural studies sangat dipengaruhi oleh kecenderungan strukturalisme, baik dalam bahasa, semiotika, antropologi dan sosiologi. Perkembangan postmodernisme sebagai sebuah kecenderungan baru pemikiran mempengaruhi cultural studies pada tahap lanjutnya, yang menciptakan apa yang disebut sebagai Cultural Studies Postmodern.
Sebagai sebuah ide yang terus berkembang, cultural studies mempunyai sejarah yang panjang, dengan berbagai pengaruh eksternal terhadapnya. Setidak-tidaknya ada dua semangat zaman (zeitgeist) yang membangun cultural studies sebagai sebuah kecenderungan pemikiran: modernisme dan postmodernisme. Pada fase cultural studies modern, telah diangkat berbagai isu sentral: isu tentang budaya populer, budaya massa, industrialisasi, kebudayaan dan industri, media massa, komodifikasi, struktur budaya, kode budaya, ideologi, subjek, hegemoni, struktur
kelas, demokrasi dan kelas, resistensi, subversi dan perlawanan.
Telaah dalam artikel  If Women Actors Were Working  (Deborah Dean dan Campbell Jones), berkaitan dengan perempuan bergerak di bidang industri hiburan, yaitu menjadi aktor atau pelaku seni di televisi dan film. Hal ini sangat menarik untuk penjadi pokok persoalan dalam studi budaya, sebab magnit paling besar dalam dunia pertelevisian dan perfilman adalah wanita. Pada fase cultural studies postmodern, isu-isu yang diangkat bergeser ke arah berbagai isu yang menjadi subject matter gerakan postmodernisme sendiri: isu-isu tentang genesis, perubahan, produktivitas tanda, permainan bebas tanda, permainan bebas interpretasi, relativitas pengetahuan, mesin hasrat (desiring machine), ketaksadaran, ekonomi libido, heterogenitas, skizofrenia, nomadisme, simulasi, hiper-realitas, relasi pengetahuan dan kekuasaan (genealogi), teori wacana (discourse), pengetahuan lokal, etnisitas. Pernyataan tersebut tercermin dari artikel “Between Solids/Monologues in Brown: A Mystory Performance.” (Devika Chawla).
Pada fase modern, cultural studies dipengaruhi oleh berbagai kecenderungan pemikiran yang beragam: pada awalnya oleh kelompok pemikir kulturalis (Arnold, Richard, Leavis, Hoggart, William, Thompson), oleh para pemikir sosiologis (Weber, Berger & Luckman, Schutz), oleh para pendukung Marxis Barat (Althusser, Adorno, Benjamin, Gramsci), kemudian oleh para pemikir strukturalis (deSaussure, Barthes, Levi-Strauss,). Selanjutnya, pada fase postmodern, cultural studies dipengaruhi oleh para pemikir post-strukturalis (Derrida, Barthes, Kristeva) dan postmodernis (Foucault, Deleuze, Guattari, Lyotard dan Baudrillard).
Dapat dilihat di sini, bahwa cultural studies bukanlah sebuah kesatuan disiplin yang utuh dan mapan. cultural studies adalah kecenderungan cara berpikir, model analisis, atau model pemahaman, yang berkembang dengan mengkombinasikan berbagai teori dan metode-metode yang telah ada atau sedang berkembang, sehingga bersifat  sangat dinamis, terus begerak dan terus menjadi (becoming). Sebagai sebuah pendekatan, cultural studies merekombinasikan secara eklektik dan bricolage berbagai pendekatan dan metode analisis yang telah ada, seperti teori budaya, kritik budaya, teori kritis, teori ideologi, teori subjek, antropologi, etnometodologi, semiotika, psikoanalisis, analisis teks, analisis wacana, dekonstruksi, skizoanalisis, dan genealogi.

Pembahasan
Budaya massa adalah produk kebudayaan yang terus menerus direproduksi sekaligus dikonsumsisecara massal, sehingga industri yang tercipta dari budaya massa ini berorientasi pada penciptaan keuntungan sebesar-besarnya. Seperti yang telihat dari artikel The Clustering of Creative Networks: Between Myth and Real” (Bas van Heur) dan If Women Actors Were Working  (Deborah Dean dan Campbell Jones).  Budaya massa ini adalah sebagai akibat dari kritik atas budaya tradisional, dimana budaya tradisional ini muncul dan berasal dari masyarakat itu sendiri dan tidak terikat atau tergantung pada media massa. Budaya tradisional itu sendiri terbangun dari proses adaptasi dari interaksi kelas elit masyarakat dalam hal estetika, sangat mengagungkan kesusatraan dan tradisi keilmuan.Sedangkan pada budaya massa, sebagai kritik atas budaya tradisional, merujuk kepada proses pluralisme dan demokrasi yang kental, berusaha untuk menghilangkan kelas-kelas yang mendasarkan dirinya pada budaya modal, borjuasi dan elitisme, dengan mengedepankan kebersamaan dan egalitarianisme. Namun secara negatif, budaya massa juga banyak diartikan sebagai perilaku konsumerisme, kesenangan universal yang bersifat hanya seketika, mudah punah, dan memiliki makna yang dangkal dan tidak bersifat ganda, mengacu kepada pengertian produk budaya yang diciptakan semata-mata untuk pasar. Dengan kata lain dalam budaya massa,orientasi produk adalah trend atau mode yang sedang diminati pasar. Kesamaan atau keseragaman model dan etos adalah corak terpenting dalam kebudayaan massa. Dalam hal ini perilaku yang muncul adalah proses imitasi dan peniruan, dimana proses ini adalahhasil dari kecenderungan manusia untuk melakukan imitasi atas nilai dan bentuk-bentuk yang dipercaya atau dirasakan mempunyai kecocokan. Namun, pada konteks budaya massa, peniruan yang mengarah pada keseragaman ini dibentuk secara terperinci dan sistematis oleh sebuahotoritas politik ekonomi, yang di implementasikan oleh kekuatan komunikasi massa dengan institusi medianya serta kepentingan ekonomis dan ideologis orang-orang yang berada didalamnya.
Dalam artikel The Clustering of Creative Networks: Between Myth and Real” (Bas van Heur) pembentukan pengelompokan jaringan kreatif merupakan fenomena budaya massa, komunikasi massa dan segala institusi yang  memiliki peranan sangat signifikan dan efektif dalam kaitannya untuk menajamkan opini dan mempengaruhi perilaku secara massal serta pembentukan homogenitas budaya dalam masyarakat. Melihat kenyataan bagaimana komunikasi massa yang direpresentasikan oleh media massa mengarahkan dan membentuk perilaku khalayak dan menjadikan khalayak sebagai pasar dari produk yang mereka ciptakan, untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan aspek ekonomis dari pemilik media massa ataupun kekuatan lain yang secara politis menarik  keuntungan dari haltersebut


Simpulan
Penelitian dalam artikel  If Women Actors Were Working  (Deborah Dean dan Campbell Jones) dan “Between Solids/Monologues in Brown: A Mystory Performance.” (Devika Chawla); bertujuan memperoleh suatu pandangan terhadap citra perempuan dalam budaya massa, melalui sudut pandang postmodernisme. Berdasar pandangan tersebut dilakukan suatu refleksi filosofis, serta analisis kritis terhadap citra perempuan tersebut, sehingga diperoleh bahan koreksi serta referensi teoritikal terhadap citra perempuan dewasa ini. Penelitian ini menggunakan analisis data dengan metode hermeneutika filosofis. Tahap pertama penelitian ini adalah menginventarisasi data empiris berupa bahan-bahan kepustakaan maupun artikel-artikel tentang perempuan, budaya massa dan berbagai pemikiran tentang postmodernisme. Sementara itu pada tahap kedua, dilakukan analisis data dengan melakukan refleksi filosofis terhadap citra perempuan dalam budaya massa melalui sudut tinjauan postmodernisme. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan. Hasil penelitian sebagai berikut : Pertama, perempuan dalam budaya massa digambarkan sesuai aspek ketubuhan yang dimiliki yaitu cantik, seksi, berani, menawan dan menantang. Pada lain pihak perempuan dicitrakan sebagai sosok irrasional, pasif, lemah dan tak berdaya. Kedua, kritik Postmodernisme terhadap citra perempuan dalam budaya massa adalah bahwa citra perempuan semata-mata ditentukan oleh laki-laki dan dinilai dengan berperspektif laki-laki. Wacana perempuan dalam budaya massa merupakan grand theory hasil konstruksi laki-laki, oleh karena itu harus dikritisi dievaluasi bahkan didekostruksi. Ketiga, kritik yang diajukan Postmodernisme terhadap citra perempuan dalam budaya massa merupakan referensi teoritis yang dapat digunakan untuk merefleksikan citra perempuan Indonesia dewasa ini.
Dari sudut pandang konsep kreativitas, artikel “The Clustering of Creative Networks: Between Myth and Real” (Bas van Heur) sebagai kelompok jaringan kreativitas kontemporer dimengerti sebagai kounitas  “baru” yang dibuat dengan kaidah dan suasana yang baru. Paham mengenai pengelompokan jaringan kreatiitas, tidak lagi terbingkai pada sesuatu mitos belaka, melainkan sebuah realita perkembangan pada gagasan yang menampilkan proses eksplorasi kekreativan kelopok jaringan sebagai medium ekspresi yang tak terbatas agar dapat mewadahi gagasannya. Dengan konsep ini akan memberikan kebebasan kepada kreator untuk berintepretasi berdasarkan pengalaman batinnya masing-masing.















Daftar Pustaka

Piliang, Yasraf Amir. 2011. Dunia yang Dilipat; Tamasya Melampau Batas-Batas Kebudayaan. Bandung: Matahari.
Sarup, Madan. 2003. Post-structuralism and Postmodernism: Sebuah Pengantar Kritis. Yogyakarta: Jendela.
Spradley, James P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Waana.
Storey, John. 2010. Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop. Yogyakarta: Jalasutra.
Sugiharto, I. Bambang. 1999. Postmoderisme Tantangan bagi Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Sutrisno, Mudji. 2006. Cultural Studies Tantangan Bag Teori-Teori Besar Kebudayaan. Yogyakarta: Jalasutra.



Skenario Drama: “Cinta di Kampung Naga”


Karya Usman Supendi


BABAK  I
LAMPU PANGGUNG DINA KAAYAAN PAREUM. SORA KACAPI SULING NGAGELIK. BRAY FILM  PANORAMA KAMPUNG NAGA MIMITI DIPUTER. KAMPUNG NAGA KATEMPO TI MUMUNGGANG, NGAMPAR DI CUKLEUK LAMPING, NGABABAKAN DI ANTARA NGEPLAKNA PASAWAHAN. TONGGOHEUN WALUNGAN NU MEULITAN LEUWEUNG TUTUPAN.

DUA MOJANG ASUP KA JERO PANGGUG.

ASIH
Asik ulin deui ka Kampung Naga! Hawana sejuk! Pamandanganana endah! Neuteup pasawahan nu ngaplak!

WENING
Alahhhh… maneh mah! Sakitu kosan aya di sisi sawah teh! Kawas cicing di perumahan wae! Beuh! Lebayyyy….

ASIH
Hahahah… da murah! Jadi urang milih kosan nu jauh, kosan nu kurang peminatna! Kapaksa milih di disko, alias di sisi kotakan… Tapi kan maneh mindeng unggah, mindeng mawa kabogoh ka kosan urang!

WENING
Gandeng, ah! Keur bararete yeuh… tong ngomong-ngomong kabogoh! Huh… Pa Usman mah, sebel! Sebellll…

ASIH
Hah, bete ka Pa Usman! Aya masalah naon jeung Pa Usman! Justru urang mah nganuhunkeun ditugaskeun ka dieu teh, bisa refreshing…

WENING
Refreshing mah lain ka dieu, ka kafe, ka karokean, ka mol! Coba Pa Usman teh nugaskeun mata kuliah Budaya Sunda teh ka tempat keramain gitu loh! Ka ciwalk, ka PVJ, ka BSM, ka bioskop, ka kafe, ka karokeannnn…. Ngarah urang bisa senang-senang melupakan masalah yang kini sedang daku hadapi!

ASIH
Weureu maneh mah… Moal enya eta tempat jadi  pusat studi budaya Sunda! Nu kieu tempat neuleuman budaya Sunda mah, KAMPUNG NAGA! Memang maneh aya masalah naon?

WENING
Diputuskeun ku Si Asep! Ku kabogoh urang! Nyeri hate urang mah! Pisannn nyerina ge!

ASIH
Harrr… lain geus teu bogoh! Maneh kapan ngomong, sanggeus panggih jeung bule di tempat praktek, basa maneh jadi guide tea selera jadi robah, jadi resep lalaki import lain lalaki lokal, lain lalaki domestic deui! Istigfar deuleu make kagigilaan ku Christian Ronaldo, teu ngeunteung maneh mah! Yeuh boro-boro maneh ukur mahasiswa UIN, nu dahar oge renghap ranjug, pantar Paris Hilton wae nu geulis, bentang film, jaba pewaris hotel Hilton ditalipak…. Komo maneh! (Kituna teh bari jebi).

WENING
Bae ah, urang mah da pinter ngaji, di jilbab, jaba kuliah ge di Fakultas Adab dan Humaniora…

ASIH
Naon hubunganana? Weureu! Otakna geus teu connect maneh mah! Gelo! Anggur ge sadar diri! Tarimakeun wae si Asep! Apan bule manehna ge!

WENING
Nehi-nehi… lain tipe urang!

ASIH
Naha bet nyeri hate atuh di putuskeun ku Si Asep! Make bête ari teu bogoh mah!

WENING
Manehna mutuskeun ti heula! Kuduna urang nu mutuskeun ti heula! Jadi kesanna teh urang nu bogoh ka manehna! Siga urang wae nu teu rido diputuskeun!

ASIH
Emang kitu kanyataanana pan! Baheula mah mani uplek geuning mun ngobrol di kosan urang teh! Nyebut ge yangggg… Eutik-eutik mun SMS, yanggg udah makan belum? Yangggg gi apa? Yanggg met bobo…! Yanggg…. i miss you! Podol sero siah, habis manis duitnya, sepah dompetnya dibuanggg …. Hahahah…!
WENING
Baheula eta mah anyaran nyaho Bandung! Malum karek datang ti Pakidulan Garut! Ayeuna mah sanggeus apal Bandung, sanggeus remen jalan-jalan ka Braga, tempat nongkrongna bule, boleh kan pindah selera! Katambah waktu job trening di trevel, ngobrol jeung turis… makin mantap saja untuk ngeceng-ngeceng produk import!

ASIH
Julia Peres kali ah, seleranya bule! Hirup mah nu real-real sajalah…! Yu, ah… urang ka Kampung Naga, bisi kasorean teuing….

WENING
Gusti paparin abdi kabogoh bule! Bule nu kasep siga Christian Ronaldo…

ASIH
Tuh gabrugan bule nu ulin ka Kampung Naga! Urang mah rido, sumpah…!

KACAPI SULING  DISADA DEUI. LAMPU PANGGUNG PAREUM.

BABAK II
FILM DIGANTI KU KAAYAAN KAMPUNG NAGA. AYA TURIS ASING KEUR NGULAMPRENG KA ETA TEMPAT.
WENING JEUNG ASIH ASUP KA KAMPUNG NAGA. WENING SURAK BASA NEMPO ROMBONGAN BULE KEUR TINGKULAMPRENG DI KAMPUNG NAGA.    

WENING
Pucuk dicinta ulam pun tiba! Tempo tuh bule-bule ting kulampreng deuleu! Asikkk…

ASIH
Rek dikumahakeun ku maneh? Rek ditewakan, rek dikurungan… terus diingu, dipake cocooan!

WENING
Heueuh da monyet, nya? Ah, urang rek ka cai heula! Ka pancuran!

ASIH                                     
 Rek naon?

WENING
Rek ngumbah sapatu, ieu mani barelok! Ngarah bersih weh atuh… ngarah resepeun bulena! Sugan we aya nu kasep, hehehe…

ASIH
Huh obsesi otak maneh, buleee…! Awas tong lila teuing! Urang ti heula, nya! Urang rek langsung motoan! Maneh ngeureuyeuh ngawawancara ka masarakat!

WENING
Beres….! Ke nyampeurkeun ka ditu!

FILM DIGANTI KU PANCURAN TUKANGEUN IMAH WARGA.
ADEGAN WENING KEUR KUKUMBAH. BASA WENING KEUR KUKUMBAH AYA BULE NYAMPEURKEUN.

RICHARD
Permisi! Permisi!

WENING NGOREJAT!
Astgafirullah… ya Allah! Eh, euh…  Bade ka saha?

RICHARD
Punten! Saderek teh penduduk di dieu?

WENING
Ih, sanes! Abdi mah tamu! Sami wae bade amengan ka dieu teh! Abdi ditugaskeun ka dieu ku dosen di kampus, miwarang nalungtik kampung Naga! Bosen sabenerna mah, margi tos tilu kali ka dieu teh jeung ayeuna! Jadi tos apal ngeunaan Kampung Naga!

RICHARD
Wah  kaleresan atuh ari tos apal mah tiasa ngobrol panjang sareng salira! Eh name teh saha?

WENING
Oh, abdi pun Wening! Panjangna mah Wening Suciati! Ari anjeun?

RICHARD
Abdi mah Richard! Kawit ti Amerika! Nuju nganteur rerencangan kanggo nalungtik masalah kampung adat di Jawa Barat! Minggu payun bade ka Baduy! Tapi ka Indonesia mah sering, da pun paman damel di kedutaan di Jakarta! Kantos sakali ka Kampung Naga teh, tapi da harita mah rombongan sareng ti kedutaan. Teu laluasa!

WENING (diterjemahkeun kana Basa Inggris)
Aeh, bade wawasuh?

RICHARD (diterjemahkeun kana Basa Inggris)
Ah henteu! Abdi teh mung panasaran! Nu kieu naon namina?

WENING (diterjemahkeun kana Basa Inggris)
Oh ieu mah namina teh kamar mandi!

RICHARD (diterjemahkeun kana Basa Inggris)
Kamar mandi? Kamar mandi mah kapan di jero imah! Ieu mah di luar atuh!

WENING
Waduh… Cilaka dua belas! Emang ieu mah ngaranna tampian! Pancuran! Naon atuh basa Inggrisna tampian, pancuran! (ku basa Sunda).
(diterjemahkeun kana Basa Inggris) Pokona mah ieu teh sejenis kamar mandi, lantaran sarua paragi mandi! Sanes paragi sare! Sanes oge dapur! Ngartos teu!

RICHARD NYENGIR BARI GOGODEG!

RICHARD
Eh, muhun ari dapur urang Kampung Naga siga kumaha? Tiasa teu nganteur nunggali dapur urang kampung Naga!? Klasik sigana teh!

WENING
Mangga, mangga tiasa…. Yu urang lolongok ka dapur urang Kampung Naga! Asana mah teu jauh benten sareng dapur pun nini di lembur abdi!

WENING NGOMONG SORANGAN TETEP KU BASA SUNDA
WENING
Milik mah ti mana weh, hilang Asep gantina Richard! Bener Alloh Maha Adil, doa yang terkabulkan! Najan ieu mah begang teu seseg siga Christian Ronaldo, jeung rada-rada beke siga Si Asep… tapi rada cute oge! Nu penting bule weh!

RICHARD
Ku naon ngahuleng? Alim?

WENING
Eh, euh…. Mangga tuan! Eh Tuan Richard?
RICHARD NGAJAK KA DAPUR. FILM GANTI KA SUASANA DAPUR MASYARAKAT KAMPUNG NAGA.


RICHARD
Ari eta naon? Alat pemanas, nya, mun usum salju!

WENING NGARENDA
Heueuh da urang Kampung Naga teh urang kutub! Dasar bule!
(diterjemahkeun kana Basa Inggris) Ieu teh namina tungku, ceuk urang Sunda mah hawu! Paragi masak sangu! Paragi masak weh! Dihurungkeunana ku suluh! Tuh suluhna tina kai! Kenging ngala ti kebon! Hemat energi urang dieu mah, moal ngabalukarkeun pemanasan global! Teu make gas…

RICHARD (diterjemahkeun kana Basa Inggris)
Tah eta kahebatan suku adat teh, nyaho ngurus lingkungan! Ari urang nu ngalarti kalah ngaruksak lingkungan demi kamajuan! Ari eta naon?

WENING (diterjemahkeun kana basa Inggris)
Eta namina se-eng paragi masak sangu! Baheula mah urang Sunda masak sangu teh dina seeenggg…

RICHARD
Seeng?

WENING
Enya se-eng… pikeun masak sangu! 

RICHARD
Luar biasa! Alat masak nu kacida unikna! Ari itu, eta, jeung itu nu ngagarantung?

WENING
Sami eta ge alat-alat dapur urang Sunda! Tuh nu itu ayakan, boboko, nyiru, jeung aseupan! Nu eta mah dulang, coet, jeung hihid!

RICHARD
Luar biasa, alat-alat dapur tina awi wungkul!


WENING
Nenek moyang abdi baheula teh masarakat nu hirup di kebon! Masarakat ladang! Ciri-cirina pakakas atawa alat-alat kahirupan ge ampir kabeh dijieun tina tangkal awi! Ku urang Kampung Naga mah dilestarikeun eta peninggalan nini aki masarakat Sunda teh!

RICHARD
Wah luar biasa… Kamu paham juga tentang budaya Sunda!

WENING
Nya sebagai generasi nu tuhu ka sajarah, kudu apal atuh kana sejarah nini aki baheula! Pokona mah upami anjeung hoyong apal leuwih jero Kampung Naga, sok dibantos ku abdi!

RICHARD
Nya nuhun atuh! Abdi peryogi pisan, margi sigana abdi bakal damel di kedutaan Amerika di Indonesia.

WENING (diterjemahkeun kana Basa Inggris)
Kieu weh atuh, anjeun gaduh facebook? Abdi nyungkeun e-mailna! Ke ku abdi di ADD. Urang teruskeun wae di dunia maya, nya!

RICHARD (diterjemahkeun kana Basa Inggris)
Sok urang serat! Mana kertasna! Janji, nya, ADD… Abdi peryogi data-data ngeunaan Kampung Naga! Utamana mah keur rerencangan nu nuju penelitian!

BABAK III
SUASANA DI HAREUPEUN KAMPUS, DI BURUAN FAKULTAS ADAB, TEMPAT MAHASISWA NGOBROL. ASIH DATANG BARI MAMAWA PAPER, TUGAS PANALUNGTIKAN TI KAMPUNG NAGA TEA.

MAYANG
Hebat geus beres! Nu kelompok urang mah keur dijilid!

ASIH
Boro-boro da si Weningna teu baleg! Keur kaedanan ku bule si eta mah!

MAYANG
Kutan kaedanan ku bule! Ko bisa? Bule urang mana?

ASIH
Nyaritana mah urang Amerika, ngaranna Richard! Panggih di pancuran, keur kukumbah…

MAYANG
Serius, ah! Naha bule los-los ka pancuran! Moal enya aya bule seselendep ka pancuran, siga nu tas macul wae mandi di pancuran!

ASIH
Pancuranana di Kampung Naga ieu mah! Loba bule di ditu mah… geus biasa kapan bule motoan saung lisung, pancuran, kandang hayam… siga nu areuweuh gawe jauh-jauh ti lemburna kalah motoan nini-nini nu nguprek di pawon!

MAYANG
Jadi si Wening jeung eta bule teh panggih keur papada mandi?

ASIH
Ari maneh Mayang belewing pisan atuh… keur papada kukumbah! Pan tadi ge urang ngomong keur papada kukumbah! Lain keur papada mandi! Terus ngobrol, terus wawawuhan… tah ayeuna teh tergila-gila! Kasep bulena?

MAYANG
Kasep bulena?

ASIH
Lumayanlah… Ngan rada pendek! Masalahna di mata si Wening mah siga Christian Ronaldo, cenah! Tapi da ceuk urang mah ibarat nu hiji siga tangkal caringin, nu hiji siga tangkal kalapa, lebah mana miripna! Jauhhhhhh…. pisan!

MAYANG
Ah, da si eta mah hirupna serasa Paris Hilton… cinta berat ka Christian Ronaldo! Urang mah lain tipe, ah! Teu resep ka bule-bule, bau keju!

ASIH
Heueuh da maneh mah resepna ka Lee Min Ho! Di kamar kosan mani pinuh ku postena, di kamar mandi ge sigana mun kamar mandi sorangan mah dipasangan….

MAYANG
Hahahaahhhh… da urang mah nge-fans banget ka Lee Min Ho teh! Harga mati lelaki yang daku keceng tipe-tipe manehna! Matakna urang rada teu sumanget kuliah teh, tuda dosenna euweuh nu siga Lee Min Ho!


ASIH
Enya da UIN teh aya di nagara Korea Selatan! Dasar maneh mah jeung si Mayang, kelompok autis cinta, siwah, teu rasional! Tuh akibatna pan gering, da basa ngerjakeun tugas di rental, manehna kalah terus bagadang di warnet chatting jeung si bule tea parat nepi ka subuh, nyokot paket hemat di warnet! Urang beres ngetik teh jam salapan, manehna asup ka warnet jam dalapan, parat nepi ka subuh sigana, da ngetrokan panto kosan teh jam sakitu! Aneh! Nu dionbrolkeunana teh hihid, nyiru, seeng, saung lisung, cara-cara ngahuma, pawon, cara ngolah tanah ala urang Kampung Naga! Asa henteu nyaritakeun cinta-cintaan! Matakna urang mah gancang balik, da menjemukan! Tapi anehna parat nepi ka subuh! Juntey tuh di kamar urang, sigana asup angin! Orang yang sangat aneh!

MAYANG
Ari harita basa ka Kampung Naga aya turis Korea nu siga mirip Lee Min Ho teu?

ASIH
Ari maneh ngadengekeun urang ngobrol, teu? Sakitu panjang lebarna mani teu konek siah!

MAYANG
Henteu, da urang mah ti tadi ge ngabayangkeun beungeut Lee Min Ho! Kabayang mun jelegedeg wae di hareupeun aya Lee Min Ho! Wah moal teu digabrug ku urang mah!

ASIH
Belegug! Dasar jelema weureu! Saruana jeung si Wening! Yeuh, milih idola mah siga urang, Nabi Muhammad, tempatna ge di Surga! Aku selalu meridukan Rosull…


BABAK IV
ALUN-ALUN BANDUNG PABEUBEURANG. RAME KU NU DAGANG, KU NU NGAMEN, JEUNG RAME KU NU NARONGKRONG.

WENING DIUK DI TAMAN NGADAGOAN RICHARD NU JANJIAN DI ETA TEMPAT.

WENING
Ieu teh kumaha si Richard teh, geus satengah jam can embol keneh! Nyaritana rek nganteur dulurna ka museum Asia-Afrika! Atawa teu apaleun alun-alun Bandung. Kapan kari ngalengkah ti gedong Merdeka mah ka dieu teh!

NU BARAMAEN
Pasihan, Neng, tos sadinten teu tuang! Pasihan….!

WENING
Ari eta remeh dina kumis, urut iraha?
NU BARAMAEN
Ieu mah remeh nu cinta kana kumis emang… Matakna lengket terus!

WENING
Sok gede bohong, pamali! Teu hararayang teuing mere ka nu gede bohong!

NU BARAMAEN
Huh pelit! Geus mah pelit rewel deuih… kuma urang weh, remeh-remeh nu urang, rek nempel d mana wae bebas…

WENING
Yeh sewot…

DATANG NU NGAMEN
NU NGAMEN
Permisi… (NYANYIKEUN LAGU WALI SOLAWATAN)

WENING NGALUNGKEUN DUIH LIMA RATUS!

NU NGAMEN
Maenya lima ratus! Teu kira-kira mere gope!

WENING
Teu aya receh!

NU NGAMEN
Dipulangan ku urang! Sabaraha duitna? Mun henteu ge urang tukeurkeun! Rek mare sabaraha?

WENING
Naha pemerasan? Dilaporkeun geura ku urang ka pulisi nu jaga di dieu? Apal teu urang teh aktivis mahasiswa!

NU NGAMEN
Preman oge awewe teh!

DATANG TUKANG ROKO!
TUKANG ROKO
Roko-roko, permen, akua….! Neng, Bade?
WENING GIGIDEUG

TUKANG ROKO
Ngantosan saha, Neng?

WENING MOLOTO SAKEDAPAN! TERUS NUKANGAN TUKANG ROKO!

TUKANG ROKO
Huh, geulis-geulis pigeu!

TEU LILA DATANG RICHARD NYAMPEURKEUN KA WENING.

RICHARD (diterjemahkeun kana basa Inggris)
Aduh punten, salah nyarios! Maksad teh bade ka Museum Jawa Barat, sanes ka museum Asia-Afrika!

WENING (diterjemahkeun kana basa Inggris)
Nya muhun atuh museum Sribaduga Maharaja atanapi museum Jawa Barat tempat sajarah Sunda mah! Miniatur kampung Naga ge aya di dinya mah!

RICHARD (diterjemahkeun kana basa Inggris)
Kumaha kabarna?

WENING (diterjemahkeun kana basa Inggris)
Sae! Sae… kumaha tos seueur nu ditelitina? Parantos ka Ciamis ka kampung Kuta?

RICHARD (diterjemahkeun kana basa Inggris)
Teu acan, rencanana minggu payun! Tah ti kampung Kuta bade ka Kampung Naga deui, teras ka Kampung Dukuh di Garut!

WENING (diterjemahkeun kana basa Inggris)
Waduh mani padat geuning jadwal kunjungan teh?

RICHARD (diterjemahkeun kana basa Inggris)
Teu aya rencana ka Kampung Naga deui? Mun bade ka ditu deui, urang pendak di ditu deui weh atuh! Dinten Saptu abdi bade ka ditu deui!
WENING (diterjemahkeun kana basa Inggris)
Insya Allah…. Diusahakeun abdi ka ditu! Ongkoh teu acan lengkep tugas nu abdi ge!

RICHARD (diterjemahkeun kana basa Inggris)
Kaleresan atuh! Aeh, ngobrolna di kafe, yu! Di dieu mah asa teu bebas! Aya kafe nu tempatna klasik, beresih!



WENING (diterjemahkeun kana basa Inggris)
Urang ka Braga weh yu, kapan Braga teh salah sahiji tujuan wisata! Kawasan artdeco, malah ngawitan terkenal istilah paris van java teh ti Braga. Urang eropah mah ngaidentikeunana teh paris van java sareng mojang priangan. Ke ku abdi diobrolkeun di ditu, nya! Urang jalan we da caket!

BABAK V
SETTING DI KAMPUNG NAGA. RICHARD KEUR NGOBROL JEUNG WENING.

RICHARD   (diterjemahkeun kana basa Inggris)
Ku endah geuning Kampung Naga teh! Paingan ceuk pujangga Sunda nu puisina ditarjamahkeun kana basa Inggris, cenah, tanah priangan diciptakeun ku Dewa mangsa dewa keur gumbira, keur imut di kahiangan… tanah parahiangan ngaranna ge, tempat ngahiang, sawarga… estu endah, estu asri, nya!

WENING
Muhun, memang namina ge tanah Priangan atanapi Parahiangan, sawarga maniloka. Tuan betah di dieu?

RICHARD
Nu matak hayang didamel di kedutaan di Jakarta ge! Tapi, Jakarta mah sumpek! Paling mun pere weh nguriling ka pasisian! Ka Bandung, nyeuseup hawa Bandung, anu saur Wening mah patilasan talaga…

WENING
Saur legenda eta ge, legenda tangkuban parahu! Carita cinta antara Dayang Sumbi sareng putrana Sangkuriang!

RICHARD
Siga carita Oudipus, nya! Cinta budak ngora nu bogoh ka kolot! Ari legenda Kampung Naga kumaha?

WENING
Cenah saurna mah kapungkur nu ngeusian ieu teh nu ngaku warga sanaga. Terus tumetep didieu bari nyekel tradisi karuhunna! Nya teras wae jadi kampung Naga! Jadi, bilih hoyong terang tradisi Sunda baheula mah nya tinggai weh Kampung Naga, Baduy, Kampung Dukuh, Kampung Kuta, Ciptagelar… Aya ajen harmonisasi antara Pangeranana, nini akina nu geus aya di alam roh, alam nu dicicinganana, jeung mahluk pangeusi alam dunya minangka komunitasna. Unsur bumi, langit, cai teh kudu paheut. Sabab eta rohna hirup manusa teh, roh nu bakal mere napas kana jiwa jeung ragana. Tuh tinggali Kampung Naga, antara alam, leuweung larangan, kahirupanana, jeung cai minangka cikahuripan manusa, dijaga pisan. Atuh bentuk imah ge ngilu kana aturan kosmologi nu harmonis…

RICHARD
Luar biasa! Ieu nu disebut mojang priangan teh, hehehe! Nuhun, ah! Teu salah milih rerencangan abdi teh! Hanjakal, nya, urang ukur tepang sakedapan, ukur lawung sajorelatan. Da tos beres ieu abdi kedah ka Amerika deui.

WENING
Pan cenah bade damel di Indonesia, di kedutaan?

RICHARD
Tapi pan program master abdi can rengse! Rek di rengsekeun heula! Mun tos  rengse rek langsung ka dieu!

WENING
Iraha mulih deui ka Amerika?

RICHARD
Beres ti Kampung Dukuh we! Ti Kampung Naga teh teras ka Garut! Ti dinya mah teras wae ka Amerika!

WENING
Sakedap deui atuh, nya? Asa nineung!

RICHARD
Mun emut ka abdi, tinggali weh ieu! (BARI NGALUARKEUN KALUNG PLATINA/SILVER) Kenging meser ti Thailand basa nalungtik kahirupan suku Patani! Soalna thesis abdi ngeunaan komplik warga Patani di Thailand. Tampi, nya! (DIKALUNGKEUN KA WENING)

LAMPU PAREUM. PAGELARAN BERES.













 


POSTMODERNISM: THE ENLIGHTENMENT PROJECT

Oleh Dr. Usman Supendi Pendahuluan             Menu utama dalam tiga artikel yang berisi cultur studies   yang dibaca penulis adalah...