Minggu, 15 September 2019

Sondah, Permainan Tentara kini Permaianan Anak

Oleh
Dr. Usman Supendi. M.Pd.

Pemainan sondah sebetulnya bukan asli berasal dari Sunda atau Jawa, tetapi sudah dianggap permainan tradisional masyarakat suku Sunda dan Jawa. Permainan sondah sebenarnya berasal dari Roma Italia, masuk ke Indonesia dibawa oleh penjajah Belanda. Di negaranya permainan sondah ini disebut dengan permainan hopscotch berasal dari kata hop yaitu melompat dan scotch yang berarti garis-garis yang dipakai media dalam permaianan tersebut. Jadi arti dari hopscotch yaitu permainan yang melompati garis-garis.
 Permainan ini di Roma Italia digunakan untuk melatih kecepatan, kekuatan stamina, dan strategi. Permainan ini digunakan oleh para tentara Roma di daerah Great North Road untuk melatih fisik, strategi, dan konsentrasi. Di daerah kita permainan sondah dijadikan sarana permaiann untuk melatih fisik motorik anak, agara memiliki sosial, emosialnal, motorik kasar, kognitif, imajinasi, dan konsentrasi. Di daerah Sunda terkenal dengan sebutan permainan engklek, kalau di daerah Jawa terkenal dengan sebutan Sunda Manda.
            Kini permainan sondah atau engke beredar di Indonesia, terutama di suku Jawa dan Sunda. Permaianan ini semula khusus untuk anak perempuan, sesuai perkembangan jaman permainan sondah bisa diikuti oleh anak laki-laki. Bahkan permainan sondah sudah merambah dunia animasi. Seperti dalam animasi ”Adit dan Sopo Jarwo”, nampak tokoh Adit, Dennis dan Mitha bermain sondah. Artinya sondah sudah bukan lagi permainan milik perempuan, tetapi laki-laki pun boleh bermain sondah.
          Permainan sondah atau engklek memang masih populer di kalangan anak-anak karena permainan ini termasuk permainan tradisional yang tumbuh di kalangan masyarakat. Pembelajaran fisik motorik dengan menggunakan permainan sondah artinya menggunakan media permainan tradisional. Anak usia dini pun diperkenalkan pada permaninan rakyat dan diharapkan mampu memiliki karakter pelestari budaya bangsa. Dalam permainan sondah terdapat nilai-nilai kearifan lokal.
Sesuai perkembangan jaman, permainan sondah bisa dimodifikasi sebagai sumber belajar, karena media sondah mudah dibuat dan bahan-bahannya mudah didapat. Sondah bisa dijadikan alat pembelajaran menghitung permulaan di PAUD kelompok A atau usia 4-5 tahun. Anak usia dini kelompok usia 4-5 tahun selain mengembangkan motorik kasarnya juga bisa belajar berhitung 1-10.
            Selain digunakan sebagai media pembelajaran berhitung permulaan untuk usia 4-5 tahun dari angka 1-10, media sondah bisa digunakan juga sebagai media pembelajaran mengenal bentuk geometri. Seperti yang terlihat pada gambar di atas sondah dibentuk menjadi persegi empat, segitiga, setengah lingkaran, dan persegi enam.
           
Sondah sebagai Media Sumber Belajar Edukatif
Sondah sebagai media pembelajaran berbasis kearifan lokal dilakukan melalui bentuk permainan yang diarahkan kepada perolehan kemampuan berbahasa daerah dan pengembangan kinestetik dengan menggunakan alat-alat yang sederhana, mudah dan murah tetapi bermakna. Untuk dapat membuat sondah sebagai media pembelajaran, Anda sebagai guru cukup membuat/menyediakan sondah yang terbuat dari bahan apa saja. Apabila permainannya di lapangan, cukup dengan tali rapia, benang kasur, atau kapur tulis. Untuk di dalam kelas cukup dengan karton, papan tripleks, atau tali rapia saja.
Melalui permainan sondah ini Anda tidak hanya diarahkan untuk memikirkan tentang bagaimana dan dari apa sondah sebagai sumber belajar dibuat,  tetapi yang terpenting bagaimana Anda sebagai guru mampu memanfaatkan media/alat sedemikian rupa menjadi media belajar yang menyenangakan.   Media yang dibuat sebagai sumber belajar harus bisa menciptakan pembelajaran yang mendorong siswa mampu mencapai;
Permainan memicu kreativitas, yaitu permainan yang memicu anak mampu menemukan ide-ide kreativ serta anak mampu menggunakan daya hayalnya yang positif. Anak mampu bermain aktif, sebab anak mampu mengadalkan kreativitasnya dengan kemampuan menafsirkan simbol-simbol permainan atau simbol-simbol yang digunakan dalam media pembelajaran. Permainan yang diberikan kepada anak harus yang aman, nyaman dan menyenangkan.
Permainan  mencerdaskan otak, yaitu permainan sondah atau engklek ini sangat membantu perkembangan kognitif anak. Permaianan sondah memberikan konstribusi pada perkembangan intelektual atau kecerdasan berpikir dengan cara berbagai pengalaman untuk memperkaya cara berpikir anak.
Permainan sebagai sarana melatih empati, yaitu permaianan sondah atau engklek ini sebagai sarana melatih mental yang membuat seseorang mengidentifikasi atau merasa dirinya dalam keadaan, perasaan atau pikiran serta sikap yang memiliki peran serta tanggung jawab yang sama dengan orang lain. Permainan ini akan memberikan empati yang tinggi pada anak ketika bermaian, karena akan merasakan saling setia kawan, kebersamaan, dan saling menghargai kesalahan teman.
Permaianan sondah sebagai media terapi, yaitu dengan bermaian sondah atau engklek bisa menjadi terapi jiwa sesorang anak dengan cara bersabar, menakan emosi, karena harus bergiliran atau menunggu giliran main.
Permainan sondah atau engklek pun mengasah pancaindra, karena bermaian sondah atau engklek memerlukan konsentrasi.
Media sondah dipilih selain karena praktis untuk gurunya, juga bisa ditiru oleh siswa, sehingga ketika guru mengadakan penugasan, siswa tidak merasa kesulitan untuk membuatnya. Media ini memberi peluang besar kepada siswa dan guru untuk memanfaatkan daur ulang (recycle, reproduce) dari benda-benda yang tersedia di sekitar siswa, sehingga akan menumbuhkan aktivitas serta kreativitas siswa secara langsung dalam pembelajaran. Proses belajar akan  menyenangkan karena memeroleh pengalaman belajar yang menyenangkan, melalui perrmainan sondah. Namun demikian pembelajaran tetap mencerdaskan karena ditujukan pada ketercapaian kompetensi dan indikator kompetensi yang  diharapkan sebagaimana tuntutan kurikulum.

Perkembangan Fisik Motorik
Permainan sondah atau engklek lebih terfokus untuk perkembangan motorik anak usia dini. Sebab perekembangan motorik pada anak usia dini sangat dibutuhkan untuk pengendalian jasmani anak melului kegiatan yang akhirnya melatih syaraf dan otot anak agar terkoordinasi. Motorik yang terlatih dalam permainan sondah atau engklek ini untuk melatih motorik kasar dan motorik halus.
Tujuan utama permainan sondah atau engklek yaitu anak mampu melompat, maksudnya melompat dengan keseimbangan yang baik. Anak harus memiliki keseimbangan koordinasi motorik dengan motor planning (perencanaan gerak). Misalnya dalam permainan sondah, anak melompat harus tepat pada ruang yang sudah ditentukan walaupun menggunakan kaki sebelah atau istilah Sunda sondah. Dalam permainan sondah pun selain menggunakan kaki sebalah ada bagian kotak yang harus ditapaki oleh dua kaki. Ketika melempar kepingan pada ruang kotak engklek pun harus tepat. Ruang yang ditempati kepingan jangan diinjak, harus dilewati, sebab kalau diinjak akan mengakhiri permaianan.
Bisanya apabila anak tidak mampu melompat biasanya menghadapi masalah atau kesulitan dalam sebuah perencanaan tugas yang teroganisasi. Misalnya tugas secara berkelompok, untuk tugas berkelompok seorang anak dibutuhkan kemampuan motor planing agar tidak merugikan teman sekelomdpoknya. Salah satu alat untuk menstimulus anak mampu melompat maka media sondah bisa dipergunakan. Media sondah bisa digunakan sebagai alat melatih melompat berjarak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

POSTMODERNISM: THE ENLIGHTENMENT PROJECT

Oleh Dr. Usman Supendi Pendahuluan             Menu utama dalam tiga artikel yang berisi cultur studies   yang dibaca penulis adalah...