Dr. Usman Supendi. M.Pd.
Pemainan sondah sebetulnya bukan asli berasal dari
Sunda atau Jawa, tetapi sudah dianggap permainan tradisional masyarakat suku
Sunda dan Jawa. Permainan sondah sebenarnya berasal dari Roma Italia, masuk ke
Indonesia dibawa oleh penjajah Belanda. Di negaranya permainan sondah ini
disebut dengan permainan hopscotch
berasal dari kata hop yaitu melompat
dan scotch yang berarti garis-garis
yang dipakai media dalam permaianan tersebut. Jadi arti dari hopscotch yaitu permainan yang melompati
garis-garis.
Permainan ini
di Roma Italia digunakan untuk melatih kecepatan, kekuatan stamina, dan
strategi. Permainan ini digunakan oleh para tentara Roma di daerah Great North
Road untuk melatih fisik, strategi, dan konsentrasi. Di daerah kita permainan
sondah dijadikan sarana permaiann untuk melatih fisik motorik anak, agara
memiliki sosial, emosialnal, motorik kasar, kognitif, imajinasi, dan
konsentrasi. Di daerah Sunda terkenal dengan sebutan permainan engklek, kalau
di daerah Jawa terkenal dengan sebutan Sunda Manda.
Kini permainan sondah atau engke
beredar di Indonesia, terutama di suku Jawa dan Sunda. Permaianan ini semula
khusus untuk anak perempuan, sesuai perkembangan jaman permainan sondah bisa
diikuti oleh anak laki-laki. Bahkan permainan sondah sudah merambah dunia
animasi. Seperti dalam animasi ”Adit dan Sopo Jarwo”, nampak tokoh Adit, Dennis
dan Mitha bermain sondah. Artinya sondah sudah bukan lagi permainan milik
perempuan, tetapi laki-laki pun boleh bermain sondah.
Permainan sondah atau engklek memang
masih populer di kalangan anak-anak karena permainan ini termasuk permainan
tradisional yang tumbuh di kalangan masyarakat. Pembelajaran fisik motorik
dengan menggunakan permainan sondah artinya menggunakan media permainan
tradisional. Anak usia dini pun diperkenalkan pada permaninan rakyat dan
diharapkan mampu memiliki karakter pelestari budaya bangsa. Dalam permainan sondah
terdapat nilai-nilai kearifan lokal.
Sesuai perkembangan jaman, permainan sondah bisa dimodifikasi sebagai
sumber belajar, karena media sondah mudah dibuat dan bahan-bahannya mudah
didapat. Sondah bisa dijadikan alat pembelajaran menghitung permulaan di PAUD
kelompok A atau usia 4-5 tahun. Anak usia dini kelompok usia 4-5 tahun selain
mengembangkan motorik kasarnya juga bisa belajar berhitung 1-10.
Selain digunakan sebagai media
pembelajaran berhitung permulaan untuk usia 4-5 tahun dari angka 1-10, media
sondah bisa digunakan juga sebagai media pembelajaran mengenal bentuk geometri.
Seperti yang terlihat pada gambar di atas sondah dibentuk menjadi persegi
empat, segitiga, setengah lingkaran, dan persegi enam.
Sondah sebagai Media Sumber Belajar Edukatif
Sondah sebagai media pembelajaran berbasis kearifan lokal dilakukan melalui
bentuk permainan yang diarahkan kepada perolehan kemampuan berbahasa daerah dan
pengembangan kinestetik dengan menggunakan alat-alat yang sederhana, mudah dan
murah tetapi bermakna. Untuk dapat membuat sondah sebagai media pembelajaran,
Anda sebagai guru cukup membuat/menyediakan sondah yang terbuat dari bahan apa
saja. Apabila permainannya di lapangan, cukup dengan tali rapia, benang kasur,
atau kapur tulis. Untuk di dalam kelas cukup dengan karton, papan tripleks,
atau tali rapia saja.
Melalui permainan sondah ini Anda tidak hanya
diarahkan untuk memikirkan tentang bagaimana dan dari apa sondah sebagai sumber
belajar dibuat, tetapi yang terpenting
bagaimana Anda sebagai guru mampu memanfaatkan media/alat sedemikian rupa
menjadi media belajar yang menyenangakan.
Media yang dibuat sebagai sumber belajar harus bisa menciptakan
pembelajaran yang mendorong siswa mampu mencapai;
Permainan memicu kreativitas, yaitu permainan yang
memicu anak mampu menemukan ide-ide kreativ serta anak mampu menggunakan daya
hayalnya yang positif. Anak mampu bermain aktif, sebab anak mampu mengadalkan
kreativitasnya dengan kemampuan menafsirkan simbol-simbol permainan atau
simbol-simbol yang digunakan dalam media pembelajaran. Permainan yang diberikan
kepada anak harus yang aman, nyaman dan menyenangkan.
Permainan
mencerdaskan otak, yaitu permainan sondah atau engklek ini sangat
membantu perkembangan kognitif anak. Permaianan sondah memberikan konstribusi
pada perkembangan intelektual atau kecerdasan berpikir dengan cara berbagai
pengalaman untuk memperkaya cara berpikir anak.
Permainan sebagai sarana melatih empati, yaitu
permaianan sondah atau engklek ini sebagai sarana melatih mental yang membuat seseorang
mengidentifikasi atau merasa dirinya dalam keadaan, perasaan atau pikiran serta
sikap yang memiliki peran serta tanggung jawab yang sama dengan orang lain.
Permainan ini akan memberikan empati yang tinggi pada anak ketika bermaian,
karena akan merasakan saling setia kawan, kebersamaan, dan saling menghargai
kesalahan teman.
Permaianan sondah sebagai media terapi, yaitu
dengan bermaian sondah atau engklek bisa menjadi terapi jiwa sesorang anak
dengan cara bersabar, menakan emosi, karena harus bergiliran atau menunggu
giliran main.
Permainan sondah atau engklek pun mengasah
pancaindra, karena bermaian sondah atau engklek memerlukan konsentrasi.
Media sondah dipilih selain karena praktis untuk
gurunya, juga bisa ditiru oleh siswa, sehingga ketika guru mengadakan
penugasan, siswa tidak merasa kesulitan untuk membuatnya. Media ini memberi
peluang besar kepada siswa dan guru untuk memanfaatkan daur ulang (recycle, reproduce) dari benda-benda
yang tersedia di sekitar siswa, sehingga akan menumbuhkan aktivitas serta
kreativitas siswa secara langsung dalam pembelajaran. Proses belajar akan menyenangkan karena memeroleh pengalaman
belajar yang menyenangkan, melalui perrmainan sondah. Namun demikian
pembelajaran tetap mencerdaskan karena ditujukan pada ketercapaian kompetensi
dan indikator kompetensi yang diharapkan
sebagaimana tuntutan kurikulum.
Perkembangan Fisik Motorik
Permainan sondah atau engklek lebih terfokus untuk perkembangan motorik
anak usia dini. Sebab perekembangan motorik pada anak usia dini sangat
dibutuhkan untuk pengendalian jasmani anak melului kegiatan yang akhirnya
melatih syaraf dan otot anak agar terkoordinasi. Motorik yang terlatih dalam
permainan sondah atau engklek ini untuk melatih motorik kasar dan motorik
halus.
Tujuan utama permainan sondah atau engklek yaitu anak mampu melompat,
maksudnya melompat dengan keseimbangan yang baik. Anak harus memiliki
keseimbangan koordinasi motorik dengan motor planning (perencanaan gerak).
Misalnya dalam permainan sondah, anak melompat harus tepat pada ruang yang
sudah ditentukan walaupun menggunakan kaki sebelah atau istilah Sunda sondah.
Dalam permainan sondah pun selain menggunakan kaki sebalah ada bagian kotak
yang harus ditapaki oleh dua kaki. Ketika melempar kepingan pada ruang kotak engklek
pun harus tepat. Ruang yang ditempati kepingan jangan diinjak, harus dilewati,
sebab kalau diinjak akan mengakhiri permaianan.
Bisanya apabila anak tidak mampu melompat
biasanya menghadapi masalah atau kesulitan dalam sebuah perencanaan tugas yang
teroganisasi. Misalnya tugas secara berkelompok, untuk tugas berkelompok
seorang anak dibutuhkan kemampuan motor planing agar tidak merugikan teman
sekelomdpoknya. Salah satu alat untuk menstimulus anak mampu melompat maka
media sondah bisa dipergunakan. Media sondah bisa digunakan sebagai alat
melatih melompat berjarak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar