Dr. Usman Supedi, M.Pd.
Pendidikan keterampilan saat
ini menjadi alternatif pembelajaran yang diyakini mampu meningkatkan anak menjadi kreatif dan inovatif. Hal
itu disebabkan konsep pendidikan berorientasi
kearifan lokal menitikberatkan pada keterampilan (skill), dirancang dengan kurikulum muatan lokal yang mengasah kemandirian, keuletan, kemampuan fisik motorik dan disiplin. Menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 26 pada penjelasan ayat 3; pendidikan
kecakapan hidup (life skill) adalah
pendidikan yang memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan
intelektual, dan kecakapan keterampilan untuk hidup mandiri.
Melalui kaulinan anak-anak belajar mandiri dan belajar berketarimpilan,
misalnya ketika bermain kukudaan dari pelepah pisang anak belajar membuat alat
kukudaannya. Ketika bermain momobilan dari pelepah aren, anak akan mampu
membuat miniatur mobul truk dengan alat pelepah aren. Dahulu main layangan
anak-anak akan membuat layang-layangan dari bambu. Atau membuat momobilan dari
kulit jeruk bali, anak akan merangkainya menyerupai momobilan. Bermain
wayang-wayangan, anak akan merangkai tangkai singkong hingga menyerupai
wayang-wayangan. Pendidikan
keterampilan seperti itu merupakan dasar kreativitas anak, merupakan bentuk
pendidikan keterpaduan antara
“ulin” dengan “belajar vokasi”
menyiapkan anak kreatif dan inovatif.
Kaulinan pun akan membentuk generasi kuat dan bermental mapan. Contoh dalam
kaulinan peupeusingan, ucing sumput, boy-boyan, gatrik, kasti, ngangsing,
jajangkungan, dan lain-lainnya yang mengandalkan ketahanan fisik dan kekuatan
fisik karena jenis permaianan jangan lengah karena berisiko kecelakaan. Maka
efek karakter yang ditimbulkan oleh kaulinan tersebut anak bermental kuat,
berkarakter ulet, kerja sama (sosial) yang baik, meningkatkan rasa ikhlas.
Dalam permainan tradisional anak memiliki motivasi hidup, menghargai hasil
karya dirinya dan orang lain, serta menerima saran dan kritikan temannya.
Permaianan tradisional pun akan membentuk dasar vocational skil, sebab permaianan seperti itu bisa melalui kegiatan
saitifik dan seolah outbound.
Permainan tradisional pun menciptakan manusia Indonesia berprestasi dari
sejak dini, yaitu anak berkarakter mental juara. Melalui permaianan tradisional
anak diharapkan berprestasi dalam bidangnya, sesuai ilmunya, sebuai bakatnya,
dan sesuai kemampuannya. Anak dilatih untuk berbuat sesuatu, dilatih bermental
juara, dan mampu berprestasi sedini mungkin. Mislanya bermain lompat tinggi
dengan karet dan belajar loncat dalam permainan engke atau sondah.
Kemandirian Anak
Pendidikan
yang diberikan kepada anak berakar pada budaya bangsa untuk membangun
kehidupan bangsa masa kini dan masa
mendatang. Budaya bangsa Indonesia merupakan budaya agraris, mengandalkan
potensi alam sebagai sumber kehidupan. Dari kehidupan orang tuanya bagian dari masyarakat agraris muncul
kakawihan dan alat musik tradisional. Anak-anak yang lahir dari kehidupan bertani
muncul permainan di sawah dan di kebun
serta alat-alat musik yang kelak menjadi kaulinan.
Kakawiwah dan kaulinan yang biasa dilakukan anak-anak
di ladang menemani orang tuanya bertani muncul:
Oray orayan
luar leor mapay sawah
tong ka sawah
parena keur sedeng beukah
Oray-orayan
laur leor mapay leuwi
tong ka leuwi
di leuwi loba nu mandi
Oray-orayan
oray naon, orya bungka, bungka naon, bungka laut
laut naon, laut dipa, dipa naon,...dipandeuriiiii...
luar leor mapay sawah
tong ka sawah
parena keur sedeng beukah
Oray-orayan
laur leor mapay leuwi
tong ka leuwi
di leuwi loba nu mandi
Oray-orayan
oray naon, orya bungka, bungka naon, bungka laut
laut naon, laut dipa, dipa naon,...dipandeuriiiii...
Anak-anak desa biasanya bermain di halaman dangau atau di padang rumput
sambil menungui kambing atau domba yang tengah merumput. Sedangkan orang tuanya
di ladang sedang mencangkul atau menyiangi rumput. Anak-anak mereka bermain
sambil mengembala kambing atau domba.
Anak-anak pun merupakan peserta didik dan pembelajar yang aktif dan memiliki talenta untuk belajar mengenai
berbagai hal yang ada disekitarnya. Anak harus diberi pembelajaran mengenai kreativitas
sebagai dasar keterampilan mengolah potensi alam. Paling tidak anak didekatkan
pada alam, memelihara alam, dan menjaga potensi alam untuk kehidupan.
Kaulinan anak-anak yang berpotensi untuk kecintaan
pada alam yaitu tercermin dari kakawihan, kaulinan dan alat musik yang muncul
dari lingkungan sawah dan kebun.
Contohnya ketika anak-anak dilibatkan dalam menjaga padi menjelang menguning,
muncul kaulinan kokoprak. Kokoprak itu bambu disusun menyerupai angklung atau
calung untuk menakut-nakuti burung. Muncul alat musik celempung, sambil
menyayikan kakawihan:
Sieuh … sieuh…
Manuk ka ditu ka dayeuh
Di dieu sagala euweuh
Maneh moal bisa seubeuh
Da aya anu ngageugeuh
Sieuh… sieuh…
Manuk ulah arek datang
Bisi nyorang kana
regang
Kudu nyingkah mangka
anggang
Di dieu aya pangilang
Sieuh… sieuh…
Manuk ulah arek ganggu
Da aya uing anu keur
tunggu…
Sambil menabuh celempung dan temannya meniup karinding
mengusir burung pipit yang datang menghampiri padi. Sesekali kokoprak ditarik
atau bebegig (orang-orangan) ditarik-tarik talinya menakuti burung yang
bergerombol hendak memakan padi. Maka alat musik semacam karinding, angklung,
calung, celempung, suling, hatong dari bambu, kohlol, terompet, dan
empet-empetan bagian dari kaulinan. Alat musik ini merupakan cerminan musik
keseharian anak-anak yang dibesarkan di sawah atau di ladang yang masih bertani
dengan pola tanam ngahuma.
Permainan di ladang biasanya eundeuk-eundeukan,
kukudaan dari pelepah pisang, wawayangan dari ranting singkong. Bahkan
eundeuk-eundeukan lebih diminati oleh anak laki-laki seusai menyabit rumput,
mengambil kayu bakar, atau mengembala ternak. Kaulinan eundeuk-eundeukan
dilakukan di pohon jambu klutuk, pohon kopi, pohon salam, pohon jeruk bali,
atau pohon beringin. Lagu yang dinyanyikan biasanya: eundeuk-eundeukan cang lagoni, meunang peucang sahiji, leupas deui ku
nini, beunang deui ku aki….
Permaianan anak-anak di musim panen pun merupakan
refrensentasi dari anak-anak pewaris budaya agraris. Saat ayah ibunya sedang
panen atau gacong anak-anaknya bermain do pematang atau galengan membuat
empet-empetan dari batang padi. Mereka sambil kakawihan:
Ole-ole ogong
Melak cabe di Tarogong
Dihakan ku embe ompong
Diteang kari sapotong
Mereka membuat alat empet-empetan dari jerami atau
tatarompetan dari buluh perindu (awi tamiang). Keterampilan membuat alat musik
sederhana itu mencerminkan pembelajran aktif di lingkungannya, kreatif, dan inovatif
berbasis pembentukan karakter. Pendidikan secara alami melalui kaulinan tersebut, secara
alamiah
untuk mengembangkan seluruh kompetensi sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan melalui kegiatan bermain sambil belajar atau
belajar seraya bermain.*** (Usman
Supendi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar