Dr. Usman Supendi, M.Pd
Permainan tradisional atau
kaulinan akan membentuk mental positif dan mental negatif terhadap perkembangan
kejiwaan anak. Dengan permaianan tradisional anak akan terpengaruh secara
postif, di antaranaya mental juara, mental sportivitas, mental kemandirian,
solidaritas, dan mental sosial. Nilai positif yang lain, mentalitas budaya anak
akan terbangun, anak akan mencintai budayanya sendiri, menyayanyinya, ingin
melestarikannya, menjaganya, dan akan ada dorongan untuk mengembangkannya
budaya nenek moyangnya. Pada jiwa anak akan terbentuk kecintaan dan rasa
memiliki sebagai penerusnya.
Dengan permaianan anak kelak akan memiliki
karakter dan mental keterampilan bermain dalam permainan tradisional yang
berefek terhadap pengembangan fisik dan psikologis. Tetapi masalahnya tidak
semua kaulinan atau permainan tradisional berpengaruh positif terhadap
perkembangan jiwa anak, ada beberapa malah berefek negatif. Permainan tradisional yang berefek negatif
terhadap perkembangan anak di antaranya kaulinan ngadu kaleci, ngadu karet,
ngadu muncang, ngadu cupang, ngadu
hayam, nyumpit burung, ngaleugeut burung, ngetepel burung, sermen dan main
bedil beletok dari ruas bambu dengan peluru biji-bijian atau kertas basah. Permaianan
ini selain bermuatan judi juga ada permaianan yang mencelakai makhluk hidup
lain.
Padahal permaian tradisional harus
lebih berefek positif, harus mengakomodir kemampuannya dalam mendayagunakan
potensi psikomotorik dalam kehidupan nyata. Anak harus dibekali dasar
keterampilan melalui permaianan tradisional yang meningkatkan peningkatan
psikologi yang baik dan mampu meningkatkan motorik kasar dan motorik halus
serta pembentukan mental. Contoh permainen
mengenal ruang dan bentuk geometri melalui permaianan sodah, boy-boyan
dan permaianan bebentengan. Penguatan mental dalam permaianan ini diperlukan
sekali, sebab anak diharapkan berkembang fisik dan motori, anak pun mampu
mengenal bentuk dan ruang serta mampu membedakan melompat dan meloncat. Keterampilan
dasar akan membentuk kecakapan secara personal yang akan tumbuh dan berkembang
dalam diri masing-masing anak melalui permainan tradisional. Melalui permainan
tradisional akan tumbuh kemban jiwa raga anak disertai penguatan penguatan karakter kognitif, afektif, dan psikomotor.
Sosiologis Permaianan Anak
Permainan tradisional pun akan membentuk jiwa sosial
anak atau sosial emosional anak. Anak mampu menguasai keahlian terapan melaui permainan, sehingga seseorang mempunyai kemampuan
untuk memberikan pelayanan dan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada teman
sebayanya. Permainannya yaitu petak umpet atau ucing sumput,
anjang-anjangan, pris-prisan, encrak, simar, beklen, conklak, jajampanaan, perepet
jengkol, oray-orayan, pacublak-cublak uang,
gartik, kasti, galah asin, cacaburane, bebentengan, dan sepdur.
Permainan di atas pada intinya berguna untuk
meningkatkan sosial dan emosional anak. Anak diajari menghargai teman, saling
percaya, saling tenggang rasa, toleransi, menahan emosi, sabar, saling memberi,
kasih sayang, dan saling menjaga. Bahkan menumbuhkan rasa saling membantu dan
berbagi, contohnya dalam permainan sosorodotan melalui pelepah pinang atau daun
upih. Mereka sebelumnya mencari upih kering dahulu, dan kebetulan kalau
ditemukan ada satu maka mereka saling memberi. Kalau bermainnya di tempat yang
datar, maka mereka akan bergantian untuk menariknya.
Kecakapan
keterampilan anak melalui permainan
tradisional akan terasa setelah anak itu terjun ke lingkungan sosial yang
sebenarnya. Adapun yang
diharapkan setelah selesai permainan, anak mampu
melakukan gerak dasar dengan menggunakan alat sederhana atau simulasi yang
biasa dikerjakan orang dewasa, agar anak mampu melalukan kontak sosial dan mampu
bekerja sama. Anak diharapkan mampu bersikap sosial,
mampu menggerakan anggota tubuh dengan tujuan tertentu, dan menghargai karyanya
serta karya orang lain.
Nilai Budaya pada Permainan
Penerapan
kaulinan atau permaianan tradisional di sekolah hendaknya di jenjang PAUD
nonformal usia 3-4 tahun, PAUD formal usia 5-6 tahun, kelas awal di Sekolah
Dasar yaitu kelas 1-3 tahun. Penerapan kaulinan di PAUD nonformal dan formal
sudah biasa dilakukan karena sudah masuk dalam Rebo Nyunda atau di daerah lain
Kamis Nyunda, permainan itu masuk ke dalam tema-tema pembelajaran di PAUD yang
kemudian di urai ke subtema. Kaulinan barudak di PAUD sudah mengakomodir
aspek-aspek pengembangan anak, yaitu pengembangan moral dan nilai-nilai agama,
pengembangan fisik, pengembangan bahasa daerah, pengembangan kognitif,
pengembangan sosial emosional, dan pengembangan seni.
Anak diajak bermaian permainan tradisional petak umpet atau ucing sumput, agar anak bisa
berhitung 1-10 sebagai sumber belajar menghitung angka untuk usia 4-5 atau PAUD
nonformal. Anjang-anjangan dalam
pembelajaran dikenal dengan sosiodrama atau role-playing. Encrak belajar
motorik halus dan belajar berhitung. Simar motorik halus dan konsentrasi karena
anak harus menjentik biji asam dan jangan kena tanagan (gudir) serta belajar
sportivitas. Beklen belajar motorik halus, konsentrasi, mengenal ruang dan
bentuk geometri. Congklak belajar berhitung dan pembagian. Jajampanaan belajar
menggunakan otot tangan, kebersamaan dan konsetntrasi. Perepet jengkol belajar
otot kaki di bagian tumit Oray-orayan belajar kebersamaan atau kekompakan. Pacublak-cublak
uang anak merupakan permaian yang lagunya dinyanyikan bersama-sama, permainan
ini merupakan tetebakan barang yang dipegang oleh salah seorang temannya. Gartik merupakan permainan anak lelaki,
dimainkan secara berkelompok untuk memukul potongan bambu sehingga terbetrik
sejauh mungkin. Kaulinan kasti menyerupai permaian softbol. Galah asin
merupakan permaian berkelompok, biasanya menjaga lawan agar tidak lolos
melewati garis pertahana.
Permainan ini tentunya bagus untuk diajarkan agar anak mampu
meningkatkan kecerdasan kinestetik yang dikembangkan melalui pembelajaran
gerakan, kaulinan, olah raga, dan permainan yang melibatkan gerak anggota tubuhnya.
Kecerdasan naturalis yang dikembangkan melalui pembelajaran mengenal alam
semesta; mengenal kearifan alam, mengenal potensi alam, mengetahui manfaat alam
untuk kehidupan, dan sumber kehidupan yang berasal dari alam. Kecerdasan
intrapersonal yang dikembangkan melalui pembelajaran bermain bersama teman,
bekerja sama, bermain peran, belajar memecahkan masalah, dan menyelesaikan
konflik. Dan kecerdasan intrapesonal yang dikembangkan melalui pembelajaran
pengembangan konsep diri, mengenal diri sendiri, percaya diri, kontrol emosi
atau kontrol diri, keuletan, motivasi, kreativitas, dan kedisplinan. *** (Usman
Supendi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar