Dr. Usman Supendi, M.Pd.
BUKAN hal yang aneh anak usia dini berkenalan dengan
kakawihan, sebab kakawihan dijadikan tema pembelajaran pada Rebo nyunda atau di
sebagian daerah Kamis nyunda. Kakawihan seperti Prang-Pring, Ayang-ayang Gung, Jaleuleu, Ambil-ambilan, Hom-Pim-Pah,
Cing Ciripit, Paciwit-Ciwit Lutung, Parepet Jengkol, Ucang-Angge, Trang-Trang
Kolentrang, Gobang Kalima Gobang, Ole-ole Ogong, Oyong-oyong Bangkong, Punten
Mangga, Aya Hiji Kurung, Gaduh Boneka, Surser, Slep Dur, dan Ole-Ole Ogong di Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) digolongkan ke dalam sastra anak. Tentu saja karena sastra anak
harus terintegrasi dengan pembelajaran di PAUD. Setiap pembelajaran di PAUD
tentunya harus mengacu kepada standard tingkat tencapaian perkembangan anak.
Bahkan untuk mencapai kompetensi pencapaian
perkembangan anak, di PAUD muncul kakawihan yang biasa dikawihkeun di PAUD di
luar kawihan yang disebutkan di atas. Kakawihan tersebut sudah lama menjadi
bagian pembelajaran bahasa Sunda untuk
meningkatkan kompetensi pengembangan fisik anak usia dini. Terutama untuk mengelola
dan berketerampilan menggerakkan tubuh; peningkatan motorik halus dan motorik
kasarnya. Meningkatkan kompetensi
penguasaan dan pengembangan berbahasa daerah (Sunda), sebab anak usia dini
diharapkan mampu meningkatkan komunikasi dengan gurunya, temannya, dan
lingkungan sosialnya menggunakan bahasa ibunya di hari yang ditetapkan
pemerintah. Meningkatkan kompetensi pengembangan sosial emosional. Anak usia dini diharapkan mampu mengenal
lingkungannya tempat anak usia dini tinggal, mengenal alam seputarnya, manfaat alam, keragaman sosial, keragaman
budaya, dan keragaman kearifan lokal. Serta meningkatkan kompetensi seni
tradisional. Anak usia dini diharapkan mampu mengatahui keindahan dalam seni
musik, seni suara, seni lukis, seni tari ukir, seni pertunjukan, seni kriya,
dan bentuk ritual yang merupakan peninggablan leluhurnya.
Anak usia dini memang segala kegiatan harus belajar
sambil bermain, segala pembelajaran harus menyenangkan. Ketika anak diajari
mana kaki “katuhu” dan mana kaki “kenca”, mana “panangan katuhu” dan
mana”panangan kenca/kiwa” anak usia dini diberi kakawihan:
Panangan katuhu diacung-acungkeun
Panangan nu kenca diacung-acungkeun
Panangan nu dua diacung-acungkeun
Gugupay-gugupay gupayan batur
Sampeyan katuhu diayun-ayunkeun
Sampeyan nu kenca diayun-ayunkeun
Sampeyan nu dua diluncat-luncatkeun
Luncat yu ..
yu luncat yu…luncat sing
luhur
Imbitna digitek-gitek ka katuhu
Imbitna digitek-gitekna ka kenca
Imbitna digitek ka katuhu kenca
Digitek-digitek tek gitek-gitek
Lagu di atas digunakan guru-guru selain belajar bahasa
Sunda mengenai anggota tubuh yang berpasangan, anak usia dini pun belajar
motorik halus dan kasar. Kakawihan di atas sangat dikenal di lingkungan
guru-guru PAUD. Selain kakawihan untuk belajar anggota tubuh yang berpasangan,
ada pula kakawihan untuk belajar bagian-bagian tubuh. Kakawihan ini pun sangat
dikenal di lingkungan PAUD:
Mastaka tarajug
Mastaka tarajug
Tuur sampean.......
Mastaka tarajug
Mastaka tarajug
Tuur sampean
Soca sareng cepil
Pangambung damis
Panangan na angkeng
Digeol-geol........
Maju ka payun.........
Mundur ka pengker
Panangan na angkeng
Digeol-geol....digeol-geol...digeol-geol......2x
Anak usia dini menghafal anggota tubuh dalam bahasa Sunda dengan kakawihan, mereka
belajar sambil bermain. Kakawihan bisa diitergrasikan ke dalam pembelajaran.
Contoh ketika tema lingkungan, subtema rumah tempat tinggal, maka ketika pada
hari nyunda bisa saja diberikan kakawihan. Abdi
gaduh bumi, tangtingtung 2 x, aya pantona, tangtingtung 2x, aya jandelana, tangtingtung
2x, aya dapurna, seng oseng 2x, aya
kamar mandi , gejebar gejebur. Anak akan lebih memahaminya bagian-bagian
rumah apabila dengan nyanyian, bahkan akan lebih menariknya lagi gurunya
memperlihatkan gambar-gambar bagian rumah yang diambil dari majalah atau dari
buku-buku. Kakawihan di atas yang bertemakan bagian-bagian rumah sudah sangat
dikenal di lingkungan guru-guru PAUD.
Dalam permainan anjang-anjangan juga guru-guru PAUD
sudah memiliki kakwihan. Hampir semua kakawihan ini dijadikan sebagai
pembelajaran sosiodrama (role playing). Anak-anak dahulu menyebutnya
ajang-anjangan. Dalam pembelajaran di PAUD menyebutnya sosiodrama. Adapun sosiodrama
yang biasa digunakan dalam pembelajaran
di PAUD biasanya kakawihan sebagai berikut.
Ibu – ibu : Aeh… aeh tukang sayur
Tukang sayur : Mangga geura garaleuhan
Ibu – ibu : Aya naon anu model?
Tukang sayur : Aya kangkung
Aya bayem
Aya oge tempe
Ibu – ibu : Sabaraha pangaosna?
Tukang sayur : Pangaosna dua rebu
Ibu – ibu : Euleuh…. euleuh awis
pisan
Tukang sayur : Ulah lepat….ulah lepat
Ieu
mah tempe ti PAUD
Pembelajaran di PAUD harus berorientasi pendekatan
saintifik. Memang sudah diatur dalam peraturan pemerintah mengenai pengembangan
kurikulum PAUD bahwa pembelajaran di PAUD harus berbasis saintifik. Pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif membangun
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan melalui tahapan mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan. Pengenalan proses saintifik pada anak usia dini dilakukan dengan
cara melibatkan anak langsung dalam kegiatan; yakni melakukan, mengalami
pencarian informasi dengan bertanya, mencari
tahu jawaban hingga memahami dunia dengan gagasan-gagasan yang mengagumkan.
Pada hari nyunda guru-guru PAUD terbiasa menggunakan lagu Sakadang Bangkong
apabila mau memulai pembelajaran bertemakan binatang subtema binatang amphibi,
maka menggunakan kakawihan.
Di sisi balong,
sakadang buruy
Kokojayan gubay
geboy
Bijil suku
tukang, bijil suku hareup
Lila-lila jadi
bangkong
Gubay geboy 3x,
sakadang buruy
Bijil suku
tukang, bijil suku hareup
Lila-lila jadi
bangkong
Kakawihan lain yang sering digunakan guru-guru
PAUD untuk pembelajaran saintifik dalam meningkatkan kognitif anak mengenai
gerak-gerik binatang yaitu Kumaha Leumpangna Sasatoan. Kakwihan ini selain
meningkatkan kognitif anak, juga untuk meningkat fisik motoriknya.. Kakawihan
ini bertemakan binatang dengan subtema mikawanoh sato di cai, di darat dan di
luhur (udara). Kakawihan ini sangat dikenal guru PAUD untuk pembelajaran bahasa
Sunda di hari nyunda.
Kumaha ngojay na lauk
lauk teh ngojayna kieu
tah kieu kieu kieu ….
tah kieu kieu kieu ….
Kumaha leumpangna entog
Entog leumpang na kieu
Tah kieu kieu kieu …..
Tah kieu kieu kieu …..
Kumaha ngapungna manuk
Manuk teh ngapungna kieu
Tah kieu kieu kieu…..
Tah kieu kieu kieu ……
Kakawihan itu hanya salah satu contoh saja dari sekian puluh kakawiha
Sunda yang beredar di PAUD sebagai bahan ajar bahasa Sunda pada anak usia dini.
Jadi selain kakawihan yang biasa dinyanyikan anak-anak dahulu, anak-anak
sekarang pun di PAUD memiliki kakawihan dan kaulinan tersendiri. Kakawihan dan
kaulinanya sangat terintegrasi dengan kurikulum muatan lokal, sudah teralokasi
dalam ProgranSemesteran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM), dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). Bagi guru-guru PAUD atau
penggiat PAUD sudah bukan hal asing apabila guru-guru PAUD ngahaleuangkeun dan
ngajak ulin dengan kakawihan untuk bahan ajar bahasa Sunda.
Kakawihan Sunda sangat penting diajarkan kepada anak usia dini dan anak
di kelas awal yaitu kelas 1,2, 3 di sekolah dasar agar mampu mengembangkan kreatifitas dan potensi
dirinya sebagai penerus budaya bangsa. Melatih anak berpikit keatif, kritis,
dan inovasi. Membangun karakter anak
memiliki sikap kemandirian. Mempersiapkan generasi masa depan yang mau
diwarisi watak menghargai perbedaan. Membentuknya anak memiliki kepribadian luhur melalui
pembentukan karekter yang dibentuk melalui nilai-nilai budaya nenek moyangnya. Menumbuhkan
rasa memiliki, kecintaan, dan kebanggaan terhadap budaya bangsa sendiri. Menghormati
nilai-nilai nulur yang diwariskan oleh leluhurnya. Mampu merevitalisasi
nilai-nilai budi pekerti, budaya, sosial, dan kearifan lokal yang positif. Mengembangkan
sikap dan keterampilan yang visioner. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar