Minggu, 15 September 2019

Pembelajaran Kakawihan untuk Meningkatkan Kompetensi Anak

Oleh
Dr. Usman Supendi, M.Pd.

BUKAN hal yang aneh anak usia dini berkenalan dengan kakawihan, sebab kakawihan dijadikan tema pembelajaran pada Rebo nyunda atau di sebagian daerah Kamis nyunda. Kakawihan seperti Prang-Pring, Ayang-ayang Gung, Jaleuleu, Ambil-ambilan, Hom-Pim-Pah, Cing Ciripit, Paciwit-Ciwit Lutung, Parepet Jengkol, Ucang-Angge, Trang-Trang Kolentrang, Gobang Kalima Gobang, Ole-ole Ogong, Oyong-oyong Bangkong, Punten Mangga, Aya Hiji Kurung, Gaduh Boneka, Surser, Slep Dur, dan Ole-Ole Ogong di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) digolongkan ke dalam sastra anak. Tentu saja karena sastra anak harus terintegrasi dengan pembelajaran di PAUD. Setiap pembelajaran di PAUD tentunya harus mengacu kepada standard tingkat tencapaian perkembangan anak.
Bahkan untuk mencapai kompetensi pencapaian perkembangan anak, di PAUD muncul kakawihan yang biasa dikawihkeun di PAUD di luar kawihan yang disebutkan di atas. Kakawihan tersebut sudah lama menjadi bagian pembelajaran bahasa Sunda  untuk meningkatkan kompetensi pengembangan fisik anak usia dini. Terutama untuk mengelola dan berketerampilan menggerakkan tubuh; peningkatan motorik halus dan motorik kasarnya.  Meningkatkan kompetensi penguasaan dan pengembangan berbahasa daerah (Sunda), sebab anak usia dini diharapkan mampu meningkatkan komunikasi dengan gurunya, temannya, dan lingkungan sosialnya menggunakan bahasa ibunya di hari yang ditetapkan pemerintah. Meningkatkan kompetensi pengembangan sosial emosional.  Anak usia dini diharapkan mampu mengenal lingkungannya tempat anak usia dini tinggal, mengenal alam seputarnya,  manfaat alam, keragaman sosial, keragaman budaya, dan keragaman kearifan lokal. Serta meningkatkan kompetensi seni tradisional. Anak usia dini diharapkan mampu mengatahui keindahan dalam seni musik, seni suara, seni lukis, seni tari ukir, seni pertunjukan, seni kriya, dan bentuk ritual yang merupakan peninggablan leluhurnya.
Anak usia dini memang segala kegiatan harus belajar sambil bermain, segala pembelajaran harus menyenangkan. Ketika anak diajari mana kaki “katuhu” dan mana kaki “kenca”, mana “panangan katuhu” dan mana”panangan kenca/kiwa” anak usia dini diberi kakawihan:
Panangan katuhu diacung-acungkeun
Panangan nu kenca diacung-acungkeun
Panangan nu dua diacung-acungkeun
Gugupay-gugupay gupayan batur

Sampeyan katuhu diayun-ayunkeun
Sampeyan nu kenca diayun-ayunkeun
Sampeyan nu dua diluncat-luncatkeun
Luncat  yu .. yu luncat yu…luncat sing luhur

Imbitna digitek-gitek ka katuhu
Imbitna digitek-gitekna ka kenca
Imbitna digitek ka katuhu kenca
Digitek-digitek tek gitek-gitek

Lagu di atas digunakan guru-guru selain belajar bahasa Sunda mengenai anggota tubuh yang berpasangan, anak usia dini pun belajar motorik halus dan kasar. Kakawihan di atas sangat dikenal di lingkungan guru-guru PAUD. Selain kakawihan untuk belajar anggota tubuh yang berpasangan, ada pula kakawihan untuk belajar bagian-bagian tubuh. Kakawihan ini pun sangat dikenal di lingkungan PAUD:
Mastaka tarajug
Mastaka tarajug
Tuur sampean.......
Mastaka tarajug
Mastaka tarajug
Tuur sampean
Soca sareng cepil
Pangambung damis
Panangan na angkeng
Digeol-geol........
Maju ka payun.........
Mundur ka pengker
Panangan na angkeng
Digeol-geol....digeol-geol...digeol-geol......2x
Anak usia dini menghafal anggota tubuh  dalam bahasa Sunda dengan kakawihan, mereka belajar sambil bermain. Kakawihan bisa diitergrasikan ke dalam pembelajaran. Contoh ketika tema lingkungan, subtema rumah tempat tinggal, maka ketika pada hari nyunda bisa saja diberikan kakawihan. Abdi gaduh bumi, tangtingtung 2 x, aya pantona, tangtingtung 2x, aya jandelana, tangtingtung 2x, aya dapurna,  seng oseng 2x, aya kamar mandi , gejebar gejebur. Anak akan lebih memahaminya bagian-bagian rumah apabila dengan nyanyian, bahkan akan lebih menariknya lagi gurunya memperlihatkan gambar-gambar bagian rumah yang diambil dari majalah atau dari buku-buku. Kakawihan di atas yang bertemakan bagian-bagian rumah sudah sangat dikenal di lingkungan guru-guru PAUD.
Dalam permainan anjang-anjangan juga guru-guru PAUD sudah memiliki kakwihan. Hampir semua kakawihan ini dijadikan sebagai pembelajaran sosiodrama (role playing). Anak-anak dahulu menyebutnya ajang-anjangan. Dalam pembelajaran di PAUD menyebutnya sosiodrama. Adapun sosiodrama yang biasa  digunakan dalam pembelajaran di PAUD biasanya kakawihan sebagai berikut.
Ibu – ibu         : Aeh… aeh tukang sayur
Tukang sayur : Mangga geura garaleuhan
Ibu – ibu         : Aya naon anu model?
Tukang sayur : Aya kangkung
                          Aya bayem
                          Aya oge tempe
Ibu – ibu         : Sabaraha pangaosna?
Tukang sayur : Pangaosna dua rebu
Ibu – ibu         : Euleuh…. euleuh awis pisan
Tukang sayur : Ulah lepat….ulah lepat
                          Ieu  mah  tempe   ti PAUD
Pembelajaran di PAUD harus berorientasi pendekatan saintifik. Memang sudah diatur dalam peraturan pemerintah mengenai pengembangan kurikulum PAUD bahwa pembelajaran di PAUD harus berbasis  saintifik. Pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif membangun kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan melalui tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan. Pengenalan proses saintifik  pada anak usia dini dilakukan dengan cara melibatkan anak langsung dalam kegiatan; yakni melakukan, mengalami pencarian informasi dengan bertanya, mencari tahu jawaban hingga memahami dunia dengan gagasan-gagasan yang mengagumkan. Pada hari nyunda guru-guru PAUD terbiasa menggunakan lagu Sakadang Bangkong apabila mau memulai pembelajaran bertemakan binatang subtema binatang amphibi, maka menggunakan kakawihan.

Di sisi balong, sakadang buruy
Kokojayan gubay geboy
Bijil suku tukang, bijil suku hareup
Lila-lila jadi bangkong
Gubay geboy 3x, sakadang buruy
Bijil suku tukang, bijil suku hareup
Lila-lila jadi bangkong
Kakawihan lain yang sering digunakan guru-guru PAUD untuk pembelajaran saintifik dalam meningkatkan kognitif anak mengenai gerak-gerik binatang yaitu Kumaha Leumpangna Sasatoan. Kakwihan ini selain meningkatkan kognitif anak, juga untuk meningkat fisik motoriknya.. Kakawihan ini bertemakan binatang dengan subtema mikawanoh sato di cai, di darat dan di luhur (udara). Kakawihan ini sangat dikenal guru PAUD untuk pembelajaran bahasa Sunda di hari nyunda. 

Kumaha ngojay na lauk
lauk teh ngojayna kieu
tah kieu kieu kieu ….
tah kieu kieu kieu ….

Kumaha leumpangna entog
Entog leumpang na kieu
Tah kieu kieu kieu …..
Tah kieu kieu kieu …..

Kumaha ngapungna manuk
Manuk teh ngapungna kieu
Tah kieu kieu kieu…..
Tah kieu kieu kieu ……

Kakawihan itu hanya salah satu contoh saja dari sekian puluh kakawiha Sunda yang beredar di PAUD sebagai bahan ajar bahasa Sunda pada anak usia dini. Jadi selain kakawihan yang biasa dinyanyikan anak-anak dahulu, anak-anak sekarang pun di PAUD memiliki kakawihan dan kaulinan tersendiri. Kakawihan dan kaulinanya sangat terintegrasi dengan kurikulum muatan lokal, sudah teralokasi dalam ProgranSemesteran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM), dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). Bagi guru-guru PAUD atau penggiat PAUD sudah bukan hal asing apabila guru-guru PAUD ngahaleuangkeun dan ngajak ulin dengan kakawihan untuk bahan ajar bahasa Sunda.
Kakawihan Sunda sangat penting diajarkan kepada anak usia dini dan anak di kelas awal yaitu kelas 1,2, 3 di sekolah dasar agar  mampu mengembangkan kreatifitas dan potensi dirinya sebagai penerus budaya bangsa. Melatih anak berpikit keatif, kritis, dan inovasi. Membangun karakter anak  memiliki sikap kemandirian. Mempersiapkan generasi masa depan yang mau diwarisi watak menghargai perbedaan. Membentuknya anak  memiliki kepribadian luhur melalui pembentukan karekter yang dibentuk melalui nilai-nilai budaya nenek moyangnya. Menumbuhkan rasa memiliki, kecintaan, dan kebanggaan terhadap budaya bangsa sendiri. Menghormati nilai-nilai nulur yang diwariskan oleh leluhurnya. Mampu merevitalisasi nilai-nilai budi pekerti, budaya, sosial, dan kearifan lokal yang positif. Mengembangkan sikap dan keterampilan yang visioner. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

POSTMODERNISM: THE ENLIGHTENMENT PROJECT

Oleh Dr. Usman Supendi Pendahuluan             Menu utama dalam tiga artikel yang berisi cultur studies   yang dibaca penulis adalah...