Dr. Usman Supendi, M.Pd.
BENANG kusut Pendidikan Anak Usia Dini harus diurai
terus, agar bisa direntang, dijalinkan
dengan kehidupan guru-gurunya yang membutuhkan kesejahteraan. Bagaimanapun guru
adalah sepasukan pengawal dan pelaksana kurikulum, kebijakan, dan ilmu-ilmu
yang di dapat dari Diklat dan bangku perkuliahan. Gurulah yang akan mengubah
wajah pendidikan PAUD menjadi lebih baik, termanajemen, sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh kebijakan dan peraturan pemerintah.Tetapi itu kapan bisa
terealisir?
Kebijakan, peraturan, dan perundangan-undangan
tentang PAUD begitu bertumpuk dan berlapis, di antaranya Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013. Peraturan
Presiden Nomor 60 Tahun 2013 Tentang Pengembangan Anak Usia Dini
Holistik-Integratif. Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 58 Tahun 2009
tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Tetapi, kenyataan di
lapangan, masih banyak PAUD yang belum memiliki sarjana linier dengan ilmu
PAUD, bukan hal yang aneh lulusan dari teknik, ekonomi, komputer, pertanian,
peternakan, dan hukum mengajar anak-anak usia dini. Bahkan masih banyak guru PAUD lulusan SMA bahkan
SMP. Mereka tidak memahami ilmu pendidikan,
tidak memahami bagaimana mengurai kurikulum menjadi rencana pelaksanaan
pembelajaran harian serta bahan ajarnya.
“Salah satu untuk menangani masalah ini dengan diklat
berjenjang atau diklat untuk
meningkatkan keprofesionalan guru-guru PAUD,” ujar Dr. H. Suhendra Yusuf, M.A.
Rektor Uninus yang dipercaya menjadi Konsultan di Kemendiknas, salah satunya
menangani masalah SDM PAUD dan Dikmas.
“Kalau mereka tidak memiliki biaya untuk kuliah, ya harus diklat! Sebab menjadi
guru itu tidak gampang, harus memiliki empat kompetensi. Empat kompetensi itu
wajib dimiliki guru karena sudah diatur oleh undang-undang nomor empat belas
tahun dua ribu lima tentang guru dan dosen , yaitu pada ayat satu. Disebutkan
guru harus memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional,” jelas Dr. H. Suhendra Yusuf, M.A.
Upaya meningkatkan kompetensi guru bukan sebuah wacana
saja, ternyata sudah dari dahulu pemerintah melaksanakan pendidikan dan latihan
(Diklat) yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan, melalui Direktorat Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan PAUD
dan Dikmas. Dirjen GTK telah menggelontorkan miliaran rupiah untuk membiayai
Diklat berjenjang, yaitu diklat dasar, lanjutan, dan mahir. Kerjasama dengan perguruan tinggi terus
dilakukan, agar perguruan tinggi mau menerima peserta diklat serta hasil
diklatnya bisa dikonversi ke dalam mata kuliah. Menurut Drs. Nasruddin, Subdit PK-PKK namanya program diklat
terkonversi atau program percepatan
serjana PG PAUD. Di Jawa Barat Direktorat Pembinaan Guru dan Tenaga
Kependidikan PAUD dan Dikmas kerja sama dengan Universitas Terbuka, Uninus,
Unisba, Unsil, Unsika, dan UIK Bogor. Tetapi Direktorat Pembinaan Guru dan
Tenaga Kependidikan PAUD dan Dikmas sangat terbatas dalam memberikan biaya
diklat untuk masing-masing perguruan tinggi, setiap universitas hanya mendapat
jatah 50 orang. Padahal di Jawa Barat masih banyak guru-guru PAUD yang belum tersentuh program diklat. Mereka
sangat membutuhkan ilmu PAUD untuk memenuhi keinginan Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, sebagai guru mereka dituntut untuk memiliki
kempetensi sebagai tenaga pendidik.
Maka program-program diklat terus dilakukan oleh
Dirjen GTK. Selain diklat, workshop dan seminar terus digulirkan, agar guru-guru
PAUD bisa lebih profesional. Salah satu upaya Dirjen GTK melaksanakan diklat,
workshop, serta seminar melaui Pusat Pengembangan PAUD dan Dikmas, PP-PAUD dan
Dikmas di Jayagiri, Lembang. PP-PAUD dan
Dikmas di Jayagiri, Lembang terus menyelenggarakan diklat, kursus, atau
workshop untuk wilayah Jawa Barat, sebab kompetensi guru PAUD di Jawa Barat harus
dibangun dan dibenahi. Selain PP-PAUD dan Dikmas di Jayagiri Lembang, Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) TK dan
PLB di Jalan Cipto No. 9 Bandung terus melaksanakan diklat berjenjang,
workshop, dan seminar dalam meningkatkan kompetensi guru PAUD sebagai guru
pembelajar.
Terobosan yang dilakukan P4TK TK dan PLB salah satunya
mengadakan kerja sama dengan perguruan tinggi untuk menyalurkan alumni diklat
dari P4TK TK dan PLB. Sewaktu P4TK TK dan PLB dipimpin oleh Dr. H. Nurzaman,
mitra kampus yang dipilih dalah Uninus. Dr. Agus Mulyadi, M.Pd yang sekarang
menjabat Kasubdit Perencanaan di P4TK TK dan PLB membuat pedoman diklat
berjenjang yang bisa dikonversi ke dalam mata kuliah di kampus Uninus, dengan
syarat prodi PG PAUD sebagai mitranya minimal terakreditasi B. Kebetulan PG
PAUD FKIP Uninus sudah akreditasinya B, maka kerjasama itu dilakukan dengan
Uninus. Kerjasama dengan Uninus dalam menampung alumni diklat dari P4TK TK dan
PLB akan memasuki tahun ketiga, sekarang alumni diklat sedang menyusun
skripasi. Kata Dr. H. Agus Mulyanto, M.Pd. Wakil Dekan 2 FKIP Uninus,
diperkirakan mereka akan sidang sekitar awal bulan Maret 2017.
“Alumni diklat dari P4TK TK dan PLB yang dititipkan di
PG PAUD Uninus jumlahnya seratus orang, dengan kualifikasi lulusan SMA,
diploma, dan sarjana yang tidak linier dengan kePAUDan. Bagi yang sudah sarjana
tidak tetapi dari pendidikan dan diploma pendidikan hampir merampungkan
kuliah,” kata Dr. H. Agus Mulyanto, M.Pd. Wakil Dekan 2 FKIP Uninus.
Ternyata permasalah penanganan sumber daya manusia
PAUD tidak sederhana, walaupun UPI dan Uninus terus-terusan meluluskan
guru-guru PAUD, di luaran sekolah PAUD terus berdiri dengan tidak
mempertimbangkan guru-gurunya. Hal ini pun dialami oleh Raudhatul Athfal (RA)
yang ada di bawah bendera Kementerian Agama, guru-guru RA masih banyak yang belum
memiliki kompetensi sebagai pendidik.
“Memang begitu kenyataannya, di daerah Sumedang saja
masih banyak guru-guru RA yang belum sarjana, adapun yang sudah sarjana tapi
tidak linier, dan kalaupun sudah linier mereka belum tersertifikasi. Walaupun
RA tidak semenjamur PAUD atau TK, tetapi permasalah ya harus terselaikan. Sebab
kalau guru-gurunya handal, profesional, maka anak didiknya di harapkan ke
depannya menjadi generasi unggul,” ujar Nanin Apriani, M.Pd.I Ketua Ikatan Guru
RA (IGRA) di Kabupaten Sumedang.
Sewaktu Kepala Kemenag Kabupaten Sumedang dijabat oleh
Dr. Cece Hidayat, penangan masalah peningkatan kompetensi guru RA melibatkan
pihak perguruan tinggi, yaitu Uninus. Program percepatan penyelesaian kuliah
bagi sarjana yang tidak linier sama dengan yang dilakukan oleh Kemendiknas
salah satunya melalui program diklat terkonversi. Selain Kemenag Sumedang,
Kemenag Kabupaten Bandung pun kerja sama dengan PG PAUD Uninus. Kini guru-guru
RA yang berkuliah di Kampus Uninus titipan dari Kabupaten Sumedang dan
Kabupaten Bandung sudah dua angkatan yang menjadi sarjana dan sebagian besar sudah
mengikuti sertifikasi sebagai tenaga pendidik. Sekarang tinggal satu angkatan
lagi yang masih tersisa, mereka sedang menyelesaikan skripsi.
Uninus menyelenggarakan program diklat sudah dari
tahun 2004, di bawah kelola LPPM waktu itu dibawah pimpinan Dr. Hj. Ikka
Kartika. Uninus waktu itu menawarkan diklat dengan biaya dari peserta atau
biaya mandiri. Tahun 2006-2010 masa kejayaaan diklat berjenjang, sebab belum
begitu banyak program studi PG PAUD. Guru-guru PAUD di seputar perkotaan banyak
yang menempuh diklat sebagai pemenuhan kompetensi tenaga pendidik anak usia
dini.
Tetapi, setelah guru-guru PAUD yang ada di perkotaan
hampir tuntas menyelesaikan sarjana PG PAUD, tinggalah yang ada di
daerah-daerah dengan medan sulit terjangkau. Kebijakan Kemenristek Dikti
melarang perkuliahan jarak jauh tentunya menyulitkan guru-guru PAUD untuk
menyelesaikan kuliahnya untuk yang sudah diploma, begitu juga untuk yang sudah
sarjana tetapi tidak linier merasa kesulitan. Untunglah ada Universitas Terbuka
mampu menjebataninya, tetapi banyak yang tidak mau melanjutkan ke UT karena
tempat tutorialnya banyak yang jauh dari jangkauan mereka. UT, Uninus, Unsil,
Unsika, dan dan UIK Bogor ditunjuk pemerintah untuk melaksanakan program diklat
terkonversi. Bedanya UT bisa menampung alumni diklat dengan pelaksanaan
perkuliahan di tempat mereka, tetapi untuk Uninus, Unsil, Unsika, dan dan UIK
Bogor harus di kampus karena kebijakan pemerintah tidak boleh membuka kelas
jauh.
Upaya meningkatkan SDM guru-guru PAUD di daerah
terpencil, terluar, dan tertinggal terus dilakukan seperti yang dilakukan oleh
bagian perencanaan diklat dan kursus Dirjen GTK, Kemendiknas, Jakarta pada
tanggal 7 – 9 Februari 2017 mereka melaksanakan rapat kerja untuk menyusun
pedoman diklat di daerah 3T di hotel Paviljoen di Bandung. Uninus pun sama melakukan terobosan lagi
untuk menyelenggarakan diklat mandiri dan diklat terkonversi, sebab diklat
berguna untuk kenaikan pangkat dan inpasing. Bahkan bagi guru pendamping di
PAUD, sebuah keharusan memiliki sertifikat diklat dasar, lanjutan, dan mahir.
Program diklat Uninus merintis kerja sama dengan dengan
Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur.
“Saya sudah melobi ke Kadisdik Kabupaten Garut, sebab
Kabupaten Garut memerlukan penanganan khusus mengenai SDM guru-guru PAUD.
Alhamdulillah Bapak Haji Mahmud selaku Kadisdik Garut mulai merespon atas
masukan saya, bahwa guru-guru PAUD di daerah terpencil dan terluar di Garut harus
memiliki kemampuan akademis yang unggul, harus lebih profesional, agar
guru-guru PAUD berkompetensi sebagai guru pembelajar,” ujar Use Abdul Majid
yang ditunjuk Uninus untuk mengadakan kerja sama dengan Kabupaten Garut dalam
meningkatkan mutu guru PAUD melalui program diklat berjenjang.
Kegiatan ini membantu dan menyukseskan program
pemerintah akan peningkatan kompetesi pedagogik dan profesionalis pendidik
PAUD. Menurut Dr. Lina Herlina, M.Ed. dari Dirjen GTK waktu ditemui dalam acara
Raker penyusunan dikalat berjenjang, sebaiknya pihak perguruan tinggi yang
memiliki Prodi PG PAUD ikut membantu menangani perbaikan kinerja guru PAUD di
daerah. Saat ini menurut Dr. Lina Herlina tengah melirik daerah terpencil,
terluar, dan tertinggal untuk membedayakan guru-guru PAUD sebagai guru
pembelajar profesional. Tanggal 7-9 Februari 2017 di Paviljoen di Bandung,
Dirjen GTK, Kemdiknas, mengadakan rapat kerja untuk penyusunan pedoman diklat
terakreditasi untuk daerah terluar, terpencil, dan tertinggal. Menurut Dr. Lina
Herlina, M.Ed. direktur bidang pendidikan dan pelatihan PAUD dan Dikmas, mata
diklat harus berbeda dengan mata diklat yang diberikan pada guru-guru PAUD di
kota. Bukan membedakan-bedakan, tetapi harus sesuai dengan sosial dan kultul
anak usia dini. Kebutuhan di desa akan penangan anak usia dini memang sama,
tetapi secara pisikologi, sosial, dan budaya ada bedanya. Tumbuh kembang anak
di desa dan di kota ada bedanya, maka mata diklat harus ada perbedaan antara di
kota dan di desa terpencil.
Peran Perguruan Tinggi dalam Mencetak Guru PAUD
Apabila ada yang menyatakan di Indonesia berlimpah
doktor PAUD, itu bohong besar! Kalaupun ada itu dipastikan jebolah dari luar
negeri, salah satunya dari Jerman, Newzeland, dan Finlandia. Mungkin alasan
minusnya doktor ilmu PAUD murni, dikarenakan secara umum keilmuan di bidang PAUD
itu terhimpun dari beragam disiplin ilmu. Keberadaan ilmu PAUD tidak terlepas
dari ilmu pendidikan psikologi sebagai muara dari ilmu pertumbuhan dan perkembangan
anak. Pendidikan luar sekolah diperlukan
sebab PAUD non formal ada di wilayah andragogi. Bahasa dan sastra sangat
diperlukan untuk berbicara, mengenal huruf, atau perolehan bahasa anak, dan
sastra untuk mendongeng, bercerita, sosiodrama, serta berdeklamasi. Ilmu
pengetahuan alam pun diperlukan untuk pengembangan sains anak usia dini,
terlebih kurikulum PAUD berbasis saintifik. Pendidikan luar biasa diperlukan
untuk diteksi dini anak berkebutuhan khusus atau untuk anak-anak inklusi.
Minusnya doktor ilmu PAUD ternyata menyulitkan perguruan tinggi untuk mengajukan
ijin operasional. Ijin operasional mentok di meja asesor ketika berhadapan
dengan sumber daya manusianya yang tidak memenuhi syarat, ujung-ujungnya karena
tidak lolos visitasi maka sudah barang tentu Kemenristek Dikti tidak
menerbitkan ijin operasional. Kemenristek Dikti memang sedang membangun
kualitas PTN dan PTS di Indonesia yang berkualiatas agar memiliki ranking di
luar negeri. Ijin operasional tidak sembarangan, tidak asal meloloskan ijin
prodi baru, apalagi setingkat doktoral. Sekiranya tidak memenuhi kualifikasi,
maka ijin tersebut tidak dikeluarkan.
Menelisik brosur-brosur yang disebar oleh perguruan
tinggi, ternyata tidak satu pun perguruan tinggi negeri memiliki program doktor
secara mandiri. Universitas Negeri Jakarta yang lebih dulu merintis magister PAUD
dan mengeluarkan doktor PAUD, ternyata program doktoralnya masih konsentrasi
dari jurusan Teknologi Pendidikan (TP).
Begitu juga Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), program doktornya
konsentrasi dari Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Universitas Negeri Semarang
(Unnes) membuka program doktor pun konsentrasi dari prodi manajemen pendidikan,
dan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) masih konsentari dari prodi lain. Begitu
juga Universitas Islam Nusantara (Uninus) doktor PG PAUD masih konsentari dari
S3 Manajemen Pendidikan. Untuk magisternya yang murni S2 PG PAUD baru ada di
UPI dan di UNJ, sebab Unesa dan Unnes untuk magisternya masih konsentrasi. Untuk
universitas swasta di Bandung, Uninus dan Unisba membuka magister PG PAUD masih
konsentrasi.
Pembukaan konsentrasi magister PG PAUD di Uninus atas
permintaan pasar, sebab tidak semua terakomodasi oleh S2 UPI, terutama kelas
karyawan yang hanya punya kesempatan kuliah selepas kerja atau hari Jumat dan
Sabtu saja. Konsentrasi S2 PG PAUD di Uninus tidak begitu saja berdiri, semua
mata kuliah atau kurikulum yang dipakai hasil diskusi dengan UPI dan UNJ.
Uninus meminta pandangannya kepada Dr. Syarif Soemantri, M.Pd dari UNJ terkait
kurikulum magister yang ada di bawah prodi manajemen pendidikan, karena Dr.
Syarief Soemantri berhasil mengembangan program S2 dan S3 di UNJ. Selain
pimpinan prodi S2 UNJ memberikan masukan terkait kurikulum, pimpinan prodi S2
PG PAUD UPI pun, Dr. Ernawulan Syaodih, M.Pd. memberikan sumbang saran untuk
konsentrasi PG PAUD di Uninus.
“Yang penting kita harus punya komitmen, apapun baik
program magister yang sudah mandiri atau masih konsentrasi, harus berkomitmen
untuk memajukan pendidikan anak usia dini sepenuh hati dan sepenuh kemampuan!” ujar
Dr. Ernawulan Syaodih, M.Pd. Ketua Prodi S2 PG PAUD Sekolah Pasca Sarjana, UPI.
Program S2 PG PAUD UPI sendiri menurut Dr. Ernawulan
Syaodih memiliki kemauan kuat, komitmen yang tinggi, bahwa alumnusnya harus
mengubah kondisi PAUD ke arah yang lebih baik. Anak-anak usia dini diharapkan
menjadi benar-benar generasi emas, setelah sekian taun kemudian harus unggul di
segala bidang. Generasi kita harus menguasai dunia tetapi kakinya tetap ada di budayanya sendiri.
Generasi yang berkarya, berbudaya, bermoral, dan religius, serta mampu menjadi
generasi terdepan.
(Usman Supendi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar