Minggu, 15 September 2019

Guru PAUD Berada di Simpang Ilmu

Oleh
Dr. Usman Supendi, M.Pd.

BENANG kusut Pendidikan Anak Usia Dini harus diurai terus, agar  bisa direntang, dijalinkan dengan kehidupan guru-gurunya yang membutuhkan kesejahteraan. Bagaimanapun guru adalah sepasukan pengawal dan pelaksana kurikulum, kebijakan, dan ilmu-ilmu yang di dapat dari Diklat dan bangku perkuliahan. Gurulah yang akan mengubah wajah pendidikan PAUD menjadi lebih baik, termanajemen, sesuai dengan apa yang diharapkan oleh kebijakan dan peraturan pemerintah.Tetapi itu kapan bisa terealisir?
Kebijakan, peraturan, dan perundangan-undangan tentang PAUD begitu bertumpuk dan berlapis, di antaranya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013. Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2013 Tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif. Peraturan  Menteri Pendidikan Nasional  Republik Indonesia  Nomor 58 Tahun 2009 tentang  Standar  Pendidikan Anak Usia Dini. Tetapi, kenyataan di lapangan, masih banyak PAUD yang belum memiliki sarjana linier dengan ilmu PAUD, bukan hal yang aneh lulusan dari teknik, ekonomi, komputer, pertanian, peternakan, dan hukum mengajar anak-anak usia dini. Bahkan  masih banyak guru PAUD lulusan SMA bahkan SMP.  Mereka tidak memahami ilmu pendidikan, tidak memahami bagaimana mengurai kurikulum menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran harian serta bahan ajarnya.  
“Salah satu untuk menangani masalah ini dengan diklat berjenjang atau  diklat untuk meningkatkan keprofesionalan guru-guru PAUD,” ujar Dr. H. Suhendra Yusuf, M.A. Rektor Uninus yang dipercaya menjadi Konsultan di Kemendiknas, salah satunya menangani masalah SDM  PAUD dan Dikmas. “Kalau mereka tidak memiliki biaya untuk kuliah, ya harus diklat! Sebab menjadi guru itu tidak gampang, harus memiliki empat kompetensi. Empat kompetensi itu wajib dimiliki guru karena sudah diatur oleh undang-undang nomor empat belas tahun dua ribu lima tentang guru dan dosen , yaitu pada ayat satu. Disebutkan guru harus memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional,” jelas Dr. H. Suhendra Yusuf, M.A.
Upaya meningkatkan kompetensi guru bukan sebuah wacana saja, ternyata sudah dari dahulu pemerintah melaksanakan pendidikan dan latihan (Diklat) yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, melalui Direktorat Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan PAUD dan Dikmas. Dirjen GTK telah menggelontorkan miliaran rupiah untuk membiayai Diklat berjenjang, yaitu diklat dasar, lanjutan, dan mahir.  Kerjasama dengan perguruan tinggi terus dilakukan, agar perguruan tinggi mau menerima peserta diklat serta hasil diklatnya bisa dikonversi ke dalam mata kuliah. Menurut Drs. Nasruddin,  Subdit PK-PKK namanya program diklat terkonversi atau program percepatan  serjana PG PAUD. Di Jawa Barat Direktorat Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan PAUD dan Dikmas kerja sama dengan Universitas Terbuka, Uninus, Unisba, Unsil, Unsika, dan UIK Bogor. Tetapi Direktorat Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan PAUD dan Dikmas sangat terbatas dalam memberikan biaya diklat untuk masing-masing perguruan tinggi, setiap universitas hanya mendapat jatah 50 orang. Padahal di Jawa Barat masih banyak guru-guru PAUD  yang belum tersentuh program diklat. Mereka sangat membutuhkan ilmu PAUD untuk memenuhi keinginan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, sebagai guru mereka dituntut untuk memiliki kempetensi sebagai tenaga pendidik.
Maka program-program diklat terus dilakukan oleh Dirjen GTK. Selain diklat, workshop dan seminar terus digulirkan, agar guru-guru PAUD bisa lebih profesional. Salah satu upaya Dirjen GTK melaksanakan diklat, workshop, serta seminar melaui Pusat Pengembangan PAUD dan Dikmas, PP-PAUD dan Dikmas di Jayagiri, Lembang.  PP-PAUD dan Dikmas di Jayagiri, Lembang terus menyelenggarakan diklat, kursus, atau workshop untuk wilayah Jawa Barat, sebab kompetensi guru PAUD di Jawa Barat harus dibangun dan dibenahi. Selain PP-PAUD dan Dikmas di Jayagiri Lembang, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) TK dan PLB di Jalan Cipto No. 9 Bandung terus melaksanakan diklat berjenjang, workshop, dan seminar dalam meningkatkan kompetensi guru PAUD sebagai guru pembelajar.
Terobosan yang dilakukan P4TK TK dan PLB salah satunya mengadakan kerja sama dengan perguruan tinggi untuk menyalurkan alumni diklat dari P4TK TK dan PLB. Sewaktu P4TK TK dan PLB dipimpin oleh Dr. H. Nurzaman, mitra kampus yang dipilih dalah Uninus. Dr. Agus Mulyadi, M.Pd yang sekarang menjabat Kasubdit Perencanaan di P4TK TK dan PLB membuat pedoman diklat berjenjang yang bisa dikonversi ke dalam mata kuliah di kampus Uninus, dengan syarat prodi PG PAUD sebagai mitranya minimal terakreditasi B. Kebetulan PG PAUD FKIP Uninus sudah akreditasinya B, maka kerjasama itu dilakukan dengan Uninus. Kerjasama dengan Uninus dalam menampung alumni diklat dari P4TK TK dan PLB akan memasuki tahun ketiga, sekarang alumni diklat sedang menyusun skripasi. Kata Dr. H. Agus Mulyanto, M.Pd. Wakil Dekan 2 FKIP Uninus, diperkirakan mereka akan sidang sekitar awal bulan Maret 2017.
“Alumni diklat dari P4TK TK dan PLB yang dititipkan di PG PAUD Uninus jumlahnya seratus orang, dengan kualifikasi lulusan SMA, diploma, dan sarjana yang tidak linier dengan kePAUDan. Bagi yang sudah sarjana tidak tetapi dari pendidikan dan diploma pendidikan hampir merampungkan kuliah,” kata Dr. H. Agus Mulyanto, M.Pd. Wakil Dekan 2 FKIP Uninus.
Ternyata permasalah penanganan sumber daya manusia PAUD tidak sederhana, walaupun UPI dan Uninus terus-terusan meluluskan guru-guru PAUD, di luaran sekolah PAUD terus berdiri dengan tidak mempertimbangkan guru-gurunya. Hal ini pun dialami oleh Raudhatul Athfal (RA) yang ada di bawah bendera Kementerian Agama, guru-guru RA masih banyak yang belum memiliki kompetensi sebagai pendidik.
“Memang begitu kenyataannya, di daerah Sumedang saja masih banyak guru-guru RA yang belum sarjana, adapun yang sudah sarjana tapi tidak linier, dan kalaupun sudah linier mereka belum tersertifikasi. Walaupun RA tidak semenjamur PAUD atau TK, tetapi permasalah ya harus terselaikan. Sebab kalau guru-gurunya handal, profesional, maka anak didiknya di harapkan ke depannya menjadi generasi unggul,” ujar Nanin Apriani, M.Pd.I Ketua Ikatan Guru RA (IGRA) di Kabupaten Sumedang.
Sewaktu Kepala Kemenag Kabupaten Sumedang dijabat oleh Dr. Cece Hidayat, penangan masalah peningkatan kompetensi guru RA melibatkan pihak perguruan tinggi, yaitu Uninus. Program percepatan penyelesaian kuliah bagi sarjana yang tidak linier sama dengan yang dilakukan oleh Kemendiknas salah satunya melalui program diklat terkonversi. Selain Kemenag Sumedang, Kemenag Kabupaten Bandung pun kerja sama dengan PG PAUD Uninus. Kini guru-guru RA yang berkuliah di Kampus Uninus titipan dari Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung sudah dua angkatan yang menjadi sarjana dan sebagian besar sudah mengikuti sertifikasi sebagai tenaga pendidik. Sekarang tinggal satu angkatan lagi yang masih tersisa, mereka sedang menyelesaikan skripsi.
Uninus menyelenggarakan program diklat sudah dari tahun 2004, di bawah kelola LPPM waktu itu dibawah pimpinan Dr. Hj. Ikka Kartika. Uninus waktu itu menawarkan diklat dengan biaya dari peserta atau biaya mandiri. Tahun 2006-2010 masa kejayaaan diklat berjenjang, sebab belum begitu banyak program studi PG PAUD. Guru-guru PAUD di seputar perkotaan banyak yang menempuh diklat sebagai pemenuhan kompetensi tenaga pendidik anak usia dini.
Tetapi, setelah guru-guru PAUD yang ada di perkotaan hampir tuntas menyelesaikan sarjana PG PAUD, tinggalah yang ada di daerah-daerah dengan medan sulit terjangkau. Kebijakan Kemenristek Dikti melarang perkuliahan jarak jauh tentunya menyulitkan guru-guru PAUD untuk menyelesaikan kuliahnya untuk yang sudah diploma, begitu juga untuk yang sudah sarjana tetapi tidak linier merasa kesulitan. Untunglah ada Universitas Terbuka mampu menjebataninya, tetapi banyak yang tidak mau melanjutkan ke UT karena tempat tutorialnya banyak yang jauh dari jangkauan mereka. UT, Uninus, Unsil, Unsika, dan dan UIK Bogor ditunjuk pemerintah untuk melaksanakan program diklat terkonversi. Bedanya UT bisa menampung alumni diklat dengan pelaksanaan perkuliahan di tempat mereka, tetapi untuk Uninus, Unsil, Unsika, dan dan UIK Bogor harus di kampus karena kebijakan pemerintah tidak boleh membuka kelas jauh.
Upaya meningkatkan SDM guru-guru PAUD di daerah terpencil, terluar, dan tertinggal terus dilakukan seperti yang dilakukan oleh bagian perencanaan diklat dan kursus Dirjen GTK, Kemendiknas, Jakarta pada tanggal 7 – 9 Februari 2017 mereka melaksanakan rapat kerja untuk menyusun pedoman diklat di daerah 3T di hotel Paviljoen di Bandung.  Uninus pun sama melakukan terobosan lagi untuk menyelenggarakan diklat mandiri dan diklat terkonversi, sebab diklat berguna untuk kenaikan pangkat dan inpasing. Bahkan bagi guru pendamping di PAUD, sebuah keharusan memiliki sertifikat diklat dasar, lanjutan, dan mahir.  
Program diklat Uninus merintis kerja sama dengan dengan Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur.  
“Saya sudah melobi ke Kadisdik Kabupaten Garut, sebab Kabupaten Garut memerlukan penanganan khusus mengenai SDM guru-guru PAUD. Alhamdulillah Bapak Haji Mahmud selaku Kadisdik Garut mulai merespon atas masukan saya, bahwa guru-guru PAUD di daerah terpencil dan terluar di Garut harus memiliki kemampuan akademis yang unggul, harus lebih profesional, agar guru-guru PAUD berkompetensi sebagai guru pembelajar,” ujar Use Abdul Majid yang ditunjuk Uninus untuk mengadakan kerja sama dengan Kabupaten Garut dalam meningkatkan mutu guru PAUD melalui program diklat berjenjang.
Kegiatan ini membantu dan menyukseskan program pemerintah akan peningkatan kompetesi pedagogik dan profesionalis pendidik PAUD. Menurut Dr. Lina Herlina, M.Ed. dari Dirjen GTK waktu ditemui dalam acara Raker penyusunan dikalat berjenjang, sebaiknya pihak perguruan tinggi yang memiliki Prodi PG PAUD ikut membantu menangani perbaikan kinerja guru PAUD di daerah. Saat ini menurut Dr. Lina Herlina tengah melirik daerah terpencil, terluar, dan tertinggal untuk membedayakan guru-guru PAUD sebagai guru pembelajar profesional. Tanggal 7-9 Februari 2017 di Paviljoen di Bandung, Dirjen GTK, Kemdiknas, mengadakan rapat kerja untuk penyusunan pedoman diklat terakreditasi untuk daerah terluar, terpencil, dan tertinggal. Menurut Dr. Lina Herlina, M.Ed. direktur bidang pendidikan dan pelatihan PAUD dan Dikmas, mata diklat harus berbeda dengan mata diklat yang diberikan pada guru-guru PAUD di kota. Bukan membedakan-bedakan, tetapi harus sesuai dengan sosial dan kultul anak usia dini. Kebutuhan di desa akan penangan anak usia dini memang sama, tetapi secara pisikologi, sosial, dan budaya ada bedanya. Tumbuh kembang anak di desa dan di kota ada bedanya, maka mata diklat harus ada perbedaan antara di kota dan di desa terpencil.

Peran Perguruan Tinggi dalam Mencetak Guru PAUD

Apabila ada yang menyatakan di Indonesia berlimpah doktor PAUD, itu bohong besar! Kalaupun ada itu dipastikan jebolah dari luar negeri, salah satunya dari Jerman, Newzeland, dan Finlandia. Mungkin alasan minusnya doktor ilmu PAUD murni, dikarenakan secara umum keilmuan di bidang PAUD itu terhimpun dari beragam disiplin ilmu. Keberadaan ilmu PAUD tidak terlepas dari ilmu pendidikan psikologi sebagai muara dari ilmu pertumbuhan dan perkembangan anak.  Pendidikan luar sekolah diperlukan sebab PAUD non formal ada di wilayah andragogi. Bahasa dan sastra sangat diperlukan untuk berbicara, mengenal huruf, atau perolehan bahasa anak, dan sastra untuk mendongeng, bercerita, sosiodrama, serta berdeklamasi. Ilmu pengetahuan alam pun diperlukan untuk pengembangan sains anak usia dini, terlebih kurikulum PAUD berbasis saintifik. Pendidikan luar biasa diperlukan untuk diteksi dini anak berkebutuhan khusus atau untuk anak-anak inklusi.
Minusnya doktor ilmu PAUD ternyata  menyulitkan perguruan tinggi untuk mengajukan ijin operasional. Ijin operasional mentok di meja asesor ketika berhadapan dengan sumber daya manusianya yang tidak memenuhi syarat, ujung-ujungnya karena tidak lolos visitasi maka sudah barang tentu Kemenristek Dikti tidak menerbitkan ijin operasional. Kemenristek Dikti memang sedang membangun kualitas PTN dan PTS di Indonesia yang berkualiatas agar memiliki ranking di luar negeri. Ijin operasional tidak sembarangan, tidak asal meloloskan ijin prodi baru, apalagi setingkat doktoral. Sekiranya tidak memenuhi kualifikasi, maka ijin tersebut tidak dikeluarkan.
Menelisik brosur-brosur yang disebar oleh perguruan tinggi, ternyata tidak satu pun perguruan tinggi negeri memiliki program doktor secara mandiri. Universitas Negeri Jakarta yang lebih dulu merintis magister PAUD dan mengeluarkan doktor PAUD, ternyata program doktoralnya masih konsentrasi dari jurusan Teknologi Pendidikan (TP).  Begitu juga Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), program doktornya konsentrasi dari Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Universitas Negeri Semarang (Unnes) membuka program doktor pun konsentrasi dari prodi manajemen pendidikan, dan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) masih konsentari dari prodi lain. Begitu juga Universitas Islam Nusantara (Uninus) doktor PG PAUD masih konsentari dari S3 Manajemen Pendidikan. Untuk magisternya yang murni S2 PG PAUD baru ada di UPI dan di UNJ, sebab Unesa dan Unnes untuk magisternya masih konsentrasi. Untuk universitas swasta di Bandung, Uninus dan Unisba membuka magister PG PAUD masih konsentrasi.
Pembukaan konsentrasi magister PG PAUD di Uninus atas permintaan pasar, sebab tidak semua terakomodasi oleh S2 UPI, terutama kelas karyawan yang hanya punya kesempatan kuliah selepas kerja atau hari Jumat dan Sabtu saja. Konsentrasi S2 PG PAUD di Uninus tidak begitu saja berdiri, semua mata kuliah atau kurikulum yang dipakai hasil diskusi dengan UPI dan UNJ. Uninus meminta pandangannya kepada Dr. Syarif Soemantri, M.Pd dari UNJ terkait kurikulum magister yang ada di bawah prodi manajemen pendidikan, karena Dr. Syarief Soemantri berhasil mengembangan program S2 dan S3 di UNJ. Selain pimpinan prodi S2 UNJ memberikan masukan terkait kurikulum, pimpinan prodi S2 PG PAUD UPI pun, Dr. Ernawulan Syaodih, M.Pd. memberikan sumbang saran untuk konsentrasi PG PAUD di Uninus.
“Yang penting kita harus punya komitmen, apapun baik program magister yang sudah mandiri atau masih konsentrasi, harus berkomitmen untuk memajukan pendidikan anak usia dini sepenuh hati dan sepenuh kemampuan!” ujar Dr. Ernawulan Syaodih, M.Pd. Ketua Prodi S2 PG PAUD Sekolah Pasca Sarjana, UPI.
Program S2 PG PAUD UPI sendiri menurut Dr. Ernawulan Syaodih memiliki kemauan kuat, komitmen yang tinggi, bahwa alumnusnya harus mengubah kondisi PAUD ke arah yang lebih baik. Anak-anak usia dini diharapkan menjadi benar-benar generasi emas, setelah sekian taun kemudian harus unggul di segala bidang. Generasi kita harus menguasai dunia tetapi  kakinya tetap ada di budayanya sendiri. Generasi yang berkarya, berbudaya, bermoral, dan religius, serta mampu menjadi generasi terdepan.
(Usman Supendi).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

POSTMODERNISM: THE ENLIGHTENMENT PROJECT

Oleh Dr. Usman Supendi Pendahuluan             Menu utama dalam tiga artikel yang berisi cultur studies   yang dibaca penulis adalah...